Dalam seni pertunjukan, tata cahaya berada dalam disiplin teknik
produksi bersama dengan tata pentas, kriya panggung (stage craft) dan
hal hal lain yang bersifat sebagai pendukung visual suatu
pergelarlan.dalam perkembangan seni pertunjukan di Indonesia teknik
produksi belum mendapat perhatian yang cukup bahkan dalam pendidikan
kesenianpun tidakada jurusan yang membuka peminatan teknik produksi
tersebut.
Dengan semakin banyaknya festival-festival seni pertunjukan diberbagai
kota maka kebutuhan untuk mengemas pertunjukan menjadi sesuatu yang
menarik dan lain dari penyajian kelompok lain, maka kebutuhan pemahaman
teknik produksi tumbuh. Namun seringkali tumbuh kembangnya seni
pertunjukan tidak seiring dengan berkembangnya gedung pertunjukan.
Akustik ruangan, penataan cahaya dan tata teknik pentasnya seringkali
tak memenuhi persyaratan minimal untuk suatu pertunjukan.
Dalam situasi seperti itulah para pekerja dibelakang panggung
merekayasa agar pertunjukan menjadi sesuau yang berarti dan punya
sumbangan dalam perkebangan seni pertunjukun.
Studi-studi yang dilakukan oleh para pekerja belakang panggung pada
umumnya dilakukan sendiri oleh para pelaku itu sendiri atau
bersama-sama dengan kelompoknya atau kalau beruntung bisa mengikuti
lokakarya-lokakarya yang diadakan oleh lembaga-lembaga kesenian yang
punya pehatiandan keprihatinan terhadap perkembangan dunia seni
pertunjukan.
Seorang penata cahaya disamping harus studi tentang teks, koreografi
dan seni visual yang lain harus memahami tentang aspek teknik dari
peralatan-peralatan yang akan menjadi media ekspresinya dan memahami
karakter dari bentuk panggung dan auditoriumnya. Pemahaman teks bisa
dipahami dengan mempelajari sejarah dan genre dari gaya
pertunjukkannya. (buku-buku Yacob Sumarjo, Asrul Sani, Rendra, PW, NR,
KA, dll). Pemahaman tentang tata teknik pentas dan teknik menggambar
dapat dibantu dengan penguasaan komputer (Beamlight, Write Light,
Daslight, Corel, CAD, Vector Work, wyswyg).
STUDI TEKSTUAL
Mempelajari naskah naskah drama, puisi, cerpen dan prosa. Sasarannya
adalah melatih kepekaan untuk melihat yang tersirat dalam teks itu,
tangkas menyusun plot dan menemukan berbagai perubahan susasana, ruang,
pikiran-pikiran para tokohnya dan menjalin struktur dramatiknya.
Dengan mempelajari latar belakang penulisnya maka akan ditemukan visi
dari penulisnya yang bersangkutan. Karena inti dari penataan cahaya
adalah membangun atmosfere bagi para tokoh yang sedang menghidupkan
pentas. Tentu saja dalam hal ini diskusi dengan sutradara dan para
pekerja artistik yang lain seperti penata set, dll menjadi suatu
keharusan. Keputusan terahkir adalah pada sutradara.
STUDI PENTAS DAN AUDITORIUM
Karakter dari pentas amat bergantung pada auditoriumnya dan masing
masing pentas mempunyai aura yang amat spesifik. Secara umum dapat
dibagi menjadi 3 bentuk yang berbeda, yaitu:
1. Pentas Proscenium
Bentuk pentas dimana penonton dengan pentasnya dipisahkan oleh orkestra
pit dan penonton melihat dari satu arah saja. Pentasnya diberi frame
seperti kamar yang dinding keempatnya dibuka. (Wayang Orang, Kethoprak)
1. Pentas Arena.
Bentuk pentas dimana pentas dan penontonnya berada dalam satu atap.
Penonton melihat pentas dari berbagai sisi yang pada umumnya 3 sisi.
Variasinya amat banyak seperti tapal kuda, lingkaran (theatre in round)
dll.
1. Trust
Gabungan antara pentas proscenium dengan teater arena. ( Sasono Langen Budoyo).
Dari sekian banyak variasi pentas, prosceniumlah yang palik banyak
memerlukan peralatan pendukung untuk membuat para penyaji betul-betul
menjadi pusat perhatian para penontonnya.
STUDI TATA CAHAYA.
Studi utama dari penataan cahaya adalah alam beserta seluruh isinya.
Karena penataan cahaya diatas pentas adalah peniruan dari apa yang
terjadi di alam semesta raya ini. Dari sumber cahayanyadapatlah
dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Cahaya Langsung
Cahaya yang berasal dari matahari dengan segala pantulannya.
1. Cahaya Tak Langsung
Cahaya yang berasal dari bulan dengan segala macam pantulannya.
Aplikasi dari sumber pencahayaan alam tersebut diatas pentas menjadi sebagai berikut:
- Key Light
Cahaya utama yang berasal dari lampu-lampu type profile, lekolite
maupun ellipsoidale. Karakter cahayanya tajam dengan pendaran cahaya
yang dapat dibuat amat tajam maupun menyebar karena adanya lensa planno
convex yang dapat diatur jaraknya dengan sumber cahaya. Biasanya
digunakan untuk mencahayai wilayah yang khusus dan pemakaian yang
spesial.
- Fill Light
Cahaya pengisi yang berasal dari lampu-lampu fresnell dan flood.
Karakter cahayanya lembut dan merata dari pusat hingga pinggir, karena
sumber cahayanya dipecah oleh lensa sperikel, namun cahayanya dapat
dipusatkan maupun disebar dengan mengatur jarak lensanya dengan sumber
cahayanya. Biasanya digunakan untuk mendapatkan suasana dengan menyiram
panggung dengan warna- warna hangat maupun dingin.
Untuk mencapai hasil yang maksimal tentang system tata cahaya, penata
cahaya harus mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai sistem jaringan
listrik dan sgala aturan keselamatan pemasangan listrik.
Distribusi cahaya menjadi bagian yang penting dalam perencanaan tata
cahaya agar seluruh wilayah permainan dapat tercahayai, sehingga
perubahan gerak dan ekspresi wajah dapat diamati oleh penonton dengan
baik. Melihat posisinya terhadap pentas, maka pencahayaan dapat dibagi
menjadi:
- Front Light
Cahaya yang berasal dari depan pentas yang bertujuan untuk membuat
wajah dapat terlihat dari penonton. Jarak sumber cahaya dan objek cukup
jauh maka diperlukan profile, lekollite, ellipsoidale agar cahaya
dapat dikendalikan, karena dengan menggunakan shutter cahaya yang
menerpa dinding proscenium dapat dihilangkan
- Over Head
Cahaya berasal dari atas kepala pemain dengan tujuan mencahayai area
panggung dari atas. Area khusus bagi pemain dengan menjatuhkan cahaya
tegak lurus diatas kepala pemain (downlight) meskipun beresiko bohlam
menjadi lebih mudah putus oleh panas yang tidak tersalur akibat posisi
tersebut. Karena jarak yang tidak terlalu jauh,type Fresnell dan Plano
Convex (PC) menjadi pilihan. Namun karena pertimbangan ekonomis PAR CAN
Medium menjadi alternatif.
Down Light
Area khusus bagi pemain dengan menjatuhkan cahay tegak lurus diatas
kepala pemain, meskipun beresiko bohlam menjadi lebih mudah putus oleh
panas yang tak tersalur akibat posisi tersebut. PC, Fresnell dan
Lekolite menjadi pilihan, namun PAR CAN Very Nerrow dapat menjadi
alternatifnya.
- Back Light
Cahaya yang berasal dari belakang pemain yang membuat bagian atas
pemain menjadi lebih terang dibanding bagian lain, dengan demikian
pemain seakan-akan tidak menempel dengan backdrop. Fresnell dan PAR Can
Medium menjadi pilihannya.
- Side Light
Cahaya berasal dari damping yang berguna mencahayai sisi kiri atau
kanan pemain. Cahaya ini amat dibutuhkan untuk karya tari utamanya
balet karena banyak gerakan angkat kaki dan lompat.
- Cyclorama
Cahaya yang lembut dari atas (upper horizone) dan dari lantai panggung (
lower horizone) yang berfungsi memberikan cakrawala dan
perubahan-perubahan suasana. Flood dan Striplight dengan berbagai
variasinya menjadi pilihan.
Setelah melakukan riset atas kebutuhan artistik yang dikehendaki
sutradara dan melakukan pendataan atas pentas yang akan digunakan untuk
pertunjukan, mengamati latihan, mengukur lamanya perubahan dari satu
adegan yang lain maka mulailah pekerjaan mendesain light plot. ( Denah
panggung, lighting template, Vector Work, CorelDraw, CAD, Daslight dll)
Hasil Kerja penata cahaya (paper work) berupa:
Light Plot:
Berupa gambar penempatan posisi lampu, type, no channel/dimmer, warna dan arah lampu, jarak.
Hook Up Channel:
Berupa list yang memberi informasi no channel.
Instrument Schedule:
Berupa list yang memuat informasi penempatan dan type lampu.
Magic Sheet:
Berupa List yang memberi informasi kelompok warna, area dan no channel guna memudahkan ketika membuat Cue Sheet.
Cue Sheet:
Berupa list yang memuat daftar no channel, intensitas dan lamanya perubahan tiap tiap cue.
Pelaksanaan persiapan pementasan biasanya diatur jadwalnya ole Stage
Manager (SM), biasanya urutannya adalah pemasangan set, penataan lampu
dan penataan suara. Seringkali nyaris dilakukan bersamaan karena masa
persiapan yang amat singkat. Tangan dingin dan keceriaan serta
ketegasan SM akan membuat situasi ini menjadi mudah.
Tahapan pekerjaan yang dilakukan oleh team tata cahaya setelah
berkoordinasi dengan SM grup maupun SM dari gedung yng bersangkutan
adalah sebagai berikut:
Instalasi:
Pekerjaan menggantung lampu sesuai type dan posisinya, memasang instalasi sesuai no chanell yang dikehendaki.
Trim:
Menempatkan posisi lampu (batten) pada ketinggian yang dikehendaki.
Channel List:
Mencek no channel apakah sudah sesuai dengan hook up.
Focusing:
Mengarahkan cahaya ke area yang dikehendaki sekaligus memasang filter lampu.
Plotting:
Menyusun lighting cue bersama dengan para pemain dan sutradara agar
area, suasana, intesitas sesuai dengan kehendak sutradara. Pada proses
ini seringkali terjadi proses diskusi yang amat seru sehingga memakan
waktu yang lama.
Dry Rehearsal:
Latihan seluruh aspek teknik yang diperlukan dalam pertunjukan,
pergantian set, perubahan lampu dan efek-efek suara dipandu oleh SM
namun tanpa pemain. Seringkali disebut juga Technical Rehearsal.
Dress Rehearsal
Latihan lengkap seluruh aspek pemanggungan, pemain dengan make up dan
busana lengkap dari awal hingga ahkir. Seringkali gladi ini dijual
kepada publik dengan harga yang lebih murah dari hari pertunjukannya,
juga untuk keluarga para pemain dan wartawan untuk melihat bagaimana
respon penonton. Komando dilakukan oleh SM beserta para crew yang sudah
terbagi sesuai tanggung jawab yang diberikan.
Blog ini berisi tentang teori-teori yang mendukung mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
Sabtu, 19 April 2014
Kamis, 03 April 2014
PENGETAHUAN TATA RIAS TEATER DAN PANTOMIM
1. TATA RIAS
Tata rias secara
umum dapat diartikan sebagai seni mengubah penampilan wajah menjadi
lebih sempurna. Tata rias dalam teater mempunyai arti lebih spesifik,
yaitu seni mengubah wajah untuk menggambarkan karakter tokoh.
Tata Rias dalam
teater bermula dari pemakaian kedok atau topeng untuk menggambarkan
karakter tokoh. Contohnya, teater Yunani yang memakai topeng lebih besar
dari wajah pemain dengan garis tegas agar ekspresinya dapat dilihat
oleh penonton. Beberapa teater primitif menggunakan bedak tebal yang
biasa dibuat dari bahan-bahan alam, seperti tanah,tulang, tumbuhan, dan
lemak binatang. Pemakaian tata rias akhirnya menjadi bagian yang tidak
dapat dipisahkan dari peristiwa teater.
1. A.Fungsi Tata Rias
Tokoh dalam
teater memiliki karakter berbeda-beda. Penampilan tokoh yang
berbeda-beda membutuhkan penampilan yang berbeda sesuai karakternya.
Tata rias merupakan salah satu cara menampilkan karakter tokoh yang
berbeda-beda tersebut. Tata rias dalam teater memiliki fungsi sebagai
berikut.
• Menyempurnakan penampilan wajah
• Menggambarkan karakter tokoh
• Memberi efek gerak pada ekspresi pemain
• Menegaskan dan menghasilkan garis-garis wajah sesuai dengan tokoh
• Menambah aspek dramatik.
1. B.Tata Rias karakter
Tata rias karaker
adalah tata rias yang mengubah penampilan wajah seseorang dalam hal
umur, watak, bangsa, sifat, dan ciri-ciri khusus yang melekat pada
tokoh. Tata rias karakter dibutuhkan ketika karakter wajah pemeran tidak
sesuai dengan karakter tokoh. Tata rias karakter tidak sekedar
menyempurnakan, tetapi mengubah tampilan wajah.
Merias karakter
berarti mengubah penampilan pemain dalam hal umur, watak, bentuk wajah
agar sesuai tokoh. Pengubahan wajah dapat menyangkut aspek umur saja
atau aspek lain secara bersama. Tata rias karakter membantu pemain dalam
mengungkapkan karakter tokoh. Tata rias karakter dikenakan pada bagian
wajah dan tubuh lain yang memungkinkan dapat dilihat oleh penonton.
Bagian lain tubuh seperti leher, badan, tangan, atau kaki yang terlihat.
1. C.Tata Rias Fantasi
Tata rias fantasi
dikenal juga dengan istilah tata rias karakter khusus. Disebut tata
rias karakter khusus, karena menampilkan wujud rekaan dengan mengubah
wajah tidak realistik. Tata rias fantasi menggambarkan tokoh-tokoh yang
tidak riil keberadaannya dan lahir berdasarkan daya khayal semata. Tipe
tata rias fantasi beragam, mulai dari badut, tokoh horor, sampai
binatang. Beberapa teater di Asia, seperti Opera Cina dan Kabuki
menggunakan jenis tata rias fantasi
Tata rias fantasi
disebut juga tata rias karakter khusus. Tata rias fantasi menampilkan
tokoh-tokoh yang secara riil tidak terdapat dalam kehidupan.
Penggolongan bisa meliputi tokoh-tokoh horor, binatang, atau menampilkan
riasan yang menggambarkan flora. Tata rias fantasi tidak terbatas
tergantung dari fantasi manusia. Tata rias fantasi dapat mengubah
anatomi wajah untuk memberi kesan tiga dimensi
1. D.Bahan Tata Rias
• Cleanser ( pembersih )
• Astringent ( penyegar )
• Concealer ( penyamar noda )
• Foundation ( alas bedak )
• Losse Powder ( bedak tabur )
• Compact Powder ( bedak padat )
• Blush on ( pemerah pipi )
• Kosmetik Bibir ( pewarna bibir )
• Kosmetik Mata ( memperindah mata )
• Body Painting
Body painting
adalah bahan yang bersifat opak (menutup) berbentuk krim dan stik. Di
Indonesia banyak tersedia dalam bentuk krim. Bahan ini biasa digunakan
untuk tata rias fantasi. Tersedia dalam berbagai warna, mulai dari
putih, hitam, merah, hijau, biru, dan kuning. Body painting berfungsi
pula untuk melukis badan, seperti membuat tato atau memberi warna pada
bagian badan tertentu yang dikehendaki.
Lighting (Tata Cahaya Panggung)
I. Pengertian
Salah satu unsur penting dalam pementasan teater adalah tata cahaya atau
lighting. Lighting adalah penataan peralatan pencahayaan, dalam hal ini adalah
untuk untuk menerangi panggung untuk mendukung sebuah pementasan. Sebab, tanpa
adanya cahaya, maka pementasan tidak akan terlihat. Secara umum itulah
fungsi dari tata cahaya. Dalam teater, lighting terbagi menjadi dua yaitu:
- Lighting sebagai penerangan. Yaitu fungsi lighting yang hanya sebatas menerangi panggung beserta unsur-unsurnya serta pementasan dapat terlihat.
- Lighting sebagai pencahayaan. Yaitu fungsu lighting sebagai unsur artisitik pementasan. Yang satu ini, bermanfaat untuk membentuk dan mendukung suasana sesuai dengan tuntutan naskah.
II. Unsur-unsur dalam lighting.
Dalam tata cahaya ada beberapa unsur penting yang harus diperhatikan, antara
lain :
- Tersedianya peralatan dan perlengkapan. Yaitu tersedianya cukup lampu, kabel, holder dan beberapa peralatan yang berhubungan dengan lighting dan listrik. Tidak ada standard yang pasti seberapa banyak perlengkapan tersebut, semuanya bergantung dari kebutuhan naskah yang akan dipentaskan.
- Tata letak dan titik fokus. Tata letak adalah penempatan lampu sedangkan titik fokus adalah daerah jatuhnya cahaya. Pada umumnya, penempatan lampu dalam pementasan adalah di atas dan dari arah depan panggung, sehingga titik fokus tepat berada di daerah panggung. Dalam teorinya, sudut penempatan dan titk fokus yang paling efektif adalah 450 di atas panggung. Namun semuanya itu sekali lagi bergantung dari kebutuhan naskah. Teori lain mengatakan idealnya, lighiting dalam sebuah pementasan (apapun jenis pementasan itu) tatacahaya harus menerangi setiap bagian dari panggung, yaitu dari arah depan, dan belakang, atas dan bawah, kiri dan kanan, serta bagian tengah.
- Keseimbangan warna. Maksudnya adalah keserasian penggunaan warna cahaya yang dibutuhkan. Hal ini berarti, lightingman harus memiliki pengetahuan tentang warna.
- Penguasaan alat dan perlengkapan. Artinya lightingman harus memiliki pemahaman mengenai sifat karakter cahaya dari perlengkapan tata cahaya. Tata cahaya sangat berhubungan dengan listrik, maka anda harus berhati-hati jika sedang bertugas menjadi light setter atau penata cahaya.
- Pemahaman naskah. Artinya lightingman harus paham mengenai naskah yang akan dipentaskan. Selain itu, juga harus memahami maksud dan jalan pikiran sutradara sebagai ‘penguasa tertinggi’ dalam pementasan.
Dalam
sebuah pementasan, semua orang memiliki peran yang sama pentingnya antara satu
dengan lainnya. Jika salah satu bagian terganggu, maka akan mengganggu jalannya
proses produksi secara keseluruhan. Begitu pula dengan “tukang tata cahaya’.
Dia juga menjadi bagian penting selain sutradara dan aktor, disamping make up,
stage manager, dan unsur lainnya. Dengan kata lain, lightingman juga
harus memiliki disiplin yang sama dengan semua pendukung pementasan.
Dari
paparan di atas, semuanya dapat dicapai dengan belajar mengenai tata cahaya dan
unsur pendukung lainnya.
III. Istilah dalam tata cahaya.
- lampu: sumber cahaya, ada bermacam, macam tipe, seperti par 38, halogen, spot, follow light, focus light, dll.
- holder: dudukan lampu.
- kabel: penghantar listrik.
- dimmer: piranti untuk mengatur intensitas cahaya.
- main light: cahaya yang berfungsi untuk menerangi panggung secara keseluruhan.
- foot light: lampu untuk menerangi bagian bawah panggung.
- wing light: lampu untuk menerangi bagian sisi panggung.
- front light: lampu untuk menerangi panggung dari arah depan.
- back light: lampu untuk menerangi bagian belakang panggung, biasanya ditempatkan di panggung bagian belakang.
- silouet light: lampu untuk membentuk siluet pada backdrop.
- upper light: lampu untuk menerang bagian tengah panggung, biasanya ditempatkan tepat di atas panggung.
- tools: peralatan pendukung tata cahaya, misalnya circuit breaker (sekring), tang, gunting, isolator, solder, palu, tespen, cutter, avometer, saklar, stopcontact, jumper, dll.
- seri light, lampu yang diinstalasi secara seri atau sendiri-sendiri. (1 channel 1 lampu)
- paralel light, lampu yang diinstalasi secara paralel (1 channel beberapa lampu).
Seperti
yang telah di ungkapkan di atas, secara sederhana hal-hal tersebut adalah yang
pada umumnya harus diketahui oleh lightingman, selanjutnya baik tidaknya
tatacahaya bergantung pada pemahaman, pengalaman dan kreatifitas dari lightingman.
Intinya, jika ingin menjadi ‘lightingman sejati’, Anda harus
banyak belajar dan mencoba (trial and error).
ASAS-ASAS PENATAAN CAHAYA
Kursus
ini meninjau cahaya dari segi teori dan manfaat mencahayakan suatu pementasan.
Tumpuan diberikan terhadap hal-hal berikut:
• Fungsi dan kualitas cahaya
• Aspek rekabentuk dalam
cahaya
• Asas elektrik; mengenali
bentuk-bentuk seri dan paralel serta menggunakan undang-undang Ohm untuk
menyelesaikan masalah tentang arus, rintangan, voltan dan tenaga.
• Aspek optik – iaitu aspek
pantulan dan pembiasan cahaya di dalam berbagai permukaan jenis reflektor dan
ciri-cirinya tentang pembiasan cahaya.
• Jenis dan fungsi lampu yang
digunakan di dalam teater
• Kegunaan warna di dalam
pementasan teori warna dan pengawalan warna
• Sistem pemalap [dimmer
system] – manual dan memory
• Mencipta ‘light plot’ dan
membentuk ‘lighting cues’
10 TRIK APLIKASI WARNA
- Aplikasi warna cerah pada salah satu elemen luar, misalnya untuk warna merah bata pada pagar, menjadi aksen untuk keseluruhan rumah.
- Warna netral untuk fasad bangunan lebih baik, tapi jika ingin menggunakan wana cerah, aplikasikan hanya pada satu bidang.
- Perpaduan warna cokelat dengan hijau dapat membuat atmosfer ruang menjadi lebih tenang.
- Abu-abu muda serta hijau kecokelatan mampu menghadirkan kecerahan dalam ruangan.
- Pada warna ruangan yang terlihat monoton, tambahkan cahaya buatan agar ruangan lebih “hidup”.
- Warna-warna lembut dan cahaya buatan yang temaram dapat memberikan kehangatan dan keakraban suasana pada ruang keluarga dan kamar tidur.
- Permainan dinding dengan warna natural akan membuat ruangan lebih luas.
- Warna dinding natural yang berbeda-beda pada setiap ruang akan menciptakan suasana yang berbeda pula untuk masing-masing ruang tersebut.
- Pagar merah bata, dinding abu-abu tua, dan dinding abu kecokelatan membuat tampilan rumah lebih dinamis.
- Untuk menghilangkan kesan gelap di kamar mandi, gunakan keramik warna krem pada dinding dan putih pada lantai.
Unsur
dekor juga memanfaatkan cahaya untuk membantu suasana tertentu. Misalnya,
cahaya terang menyiratkan siang hari, atau cahaya berwarna biru menyiratkan
suasana malam hari. Cahaya berwarna juga digunakan untuk memberi aksentuasi
pada adegan atau tokoh tertentu.
Minggu, 02 Februari 2014
Menulis Puisi
A. Pendahuluan
Puisi adalah salah satu bentuk karya
sastra yang diungkapkan dengan menggunakan bahasa yang padat, indah, dan
kaya makna. Artinya ia dibentuk oleh kata-kata yang benar-benar
terpilih, terseleksi, atau melalui sensor yang ketat. Puisi merupakan
hasil ungkapan perasaan penyair yang dituangkan melalui kata-kata/bahasa
yang sengaja dipilih penyair untuk mewakili perasaannya. Menurut
Riffaterre (Pradopo, 1987: 12-13) puisi itu menyatakan sesuatu secara
tak langsung, yaitu mengatakan sesuatu hal dengan arti yang lain. Dari
pengertian di atas, layaklah kalau pembaca sering mengalami kesulitan
ketika berhadapan dengan sebuah puisi. Sebab puisi adalah dunia
kata-kata yang karakternya berbeda dibandingkan dengan karakter kata
dalam tulisan-tulisan yang lain.
Puisi memiliki ciri-ciri, antara lain:
- Puisi berisikan ungkapan pikiran dan perasaan penyair yang berdasarkan pengalaman dan bersifat imajinatif.
- Dalam puisi terdapat pemadatan segala unsur kekuatan bahasa.
- Dalam penyusunannya, unsur-unsur bahasa itu dirapikan, diperbagus, dan diatur sebaik-baiknya dengan memperhatikan irama dan bunyi.
- Bahasa yang digunakan bersifat konotatif.
- Puisi dibangun oleh struktur fisik (tipografi, diksi, majas, rima, dan irama) serta struktur batin (tema, amanat, perasaan, nada, dan suasana)
Walaupun bukan penyair profesional,
sebenarnya hampir setiap orang dari kita pernah menciptakan puisi. Pada
saat-saat tertentu, misalnya ketika sedang bahagia, sedih atau pada
saat-saat jatuh cinta, banyak dari kita yang tiba-tiba menjadi penyair.
Pada saat-saat seperti itu kita akan merekam dan mengekspresikan
perasaan dan pengalaman kita dalam sebuah puisi. Dengan demikian, setiap
orang dapat dikatakan memiliki potensi untuk menjadi penulis puisi.
Manfaat menulis puisi, antara lain:
- Sebagai alat pengungkapan diri,
- Sebagai alat untuk memahami secara lebih jelas dan mendalam ide-ide yang ditulisnya,
- Sebagai alat untuk meningkatkan kesadaran diri terhadap lingkungan,
- Sebagai alat untuk melibatkan diri secara aktif dalam kegiatan bersastra,
- Sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan menggunakan bahasa sebagai media komunikasi,
- Meningkatkan inisiatif penulis
Modul ini akan membahas masalah yang
berkaitan dengan penulisan puisi yang akan membantu Anda dalam belajar
menulis puisi. Setelah mempelajari dan memahami modul ini, Anda
diharapkan memiliki keterampilan untuk menulis puisi. Penguasaan materi
penulisan puisi berkaitan erat dengan praktik menulis puisi, maka
semakin banyak Anda berlatih menulis puisi semakin terkuasai materi
tersebut.
B. Unsur-unsur Puisi
Menurut Herman J. Waluyo dalam bukunya Teori dan Apresiasi Puisi (1995), secara garis besar, unsur/struktur puisi terbagi dalam dua macam, yaitu struktur fisik dan struktur batin.
- Struktur Fisik, yaitu unsur-unsur yang langsung tampak pada fisik puisi, yang meliputi:
1. Diksi (pilihan kata).
Dalam menulis puisi, penyair harus cermat dalam memilih dan
mempertimbangkan kata-kata yang akan dipakainya dalam puisi agar mampu
mewakili suasana, perasaan, serta keindahan puisinya.
2. Majas yaitu gaya
bahasa.
Dalam menyampaikan ide dalam puisinya sering kali pengarang
menggunakan kiasan, yakni tidak secara langsung mengungkapkan makna.
3. Rima/ritme yaitu pungulangan bunyi pada puisi yang berfungsi untuk musikalitas atau orkestrasi yang dapat mendukung makna puisi.
4. Tipografi yaitu tata
wajah atau tata letak kata-kata, baris-baris, serta bait-bait dalam
sebuah puisi. Tipografi dipandang penting agar tidak menggeser makna
dari kata-kata dalam puisi. Hal ini sangat jelas pada puisi kontemporer
5. Citraan atau
pengimajian.
Untuk memancing imajinasi pembaca maka penyair sering
menggunakan kata atau susunan kata yang mengungkapkan pengalaman
imajinasi.
- Struktur Batin, yaitu unsur-unsur yang tidak langsung tampak pada fisik puisi, artinya harus digali dari fisik puisi tersebut. Struktur batin meliputi:
1. Tema, yaitu ide atau gagasan dasar atau pokok persoalan yang terdapat dalam sebuah puisi. Tema tersirat dalam keseluruhan isi puisi.
2. Amanat, yaitu pesan
yang ingin desampaikan penyair melalui sebuah puisi. Pesan-pesan
tersebut biasanya dihadirkan dalam ungkapan yang tersembunyi.
3. Perasaan, yaitu hal
yang diekspresikan penyair dalam puisinya tersebut, mengingat bahwa
puisi merupakan karya sastra yang paling mewakili ekpresi perasaan
penyair.
4. Nada, yaitu sikap
penyair terhadap pembaca melalui sebuah puisi. Nada ini bisa menyindir,
menggurui, menasihati, atau hanya bercerita, dan sebagainya.
5. Suasana, yaitu keadan
jiwa pembaca setelah membaca puisi atau akibat psikologis yang dialami
oleh pembaca. Misalnya sedih, terharu, gembira, dan sebagainya.
C. Langkah-langkah Penulisan Puisi
1. Menentukan tema
Penentuan/pencarian ide untuk menulis
sebuah puisi merupakan tahap persiapan dan usaha. Ketika hati seseorang
tergerak untuk menulis puisi maka ia harus berusaha mencari ide yang
akan dituangkan dalam puisinya. Yang namanya ide selalu datang dengan
tiba-tiba. Ide ini dapat berkaitan dengan masalah sosial, keagamaan,
kesedihan, dan lain-lain. Bagi orang yang sudah terbiasa menulis puisi,
ide yang akan ditulis dalam puisi biasanya muncul secara tiba-tiba
ketika melihat atau mengamati lingkungan sekitarnya. Ide puisi dapat
juga dicari secara sengaja dari lingkungan sekitar kita, terutama bagi
mereka yang baru berlatih. Informasi dan pengalamanpun harus dikumpulkan
untuk menguatkan ide yang ditemukan.
2. Mengendapkan dan mengolah ide serta mengumpulkan materi (kata, kelompok kata, pengalaman) untuk mendukung tema.
Setelah ide diperoleh, penulis harus
berjuang untuk mewujudkannya dalam bentuk puisi. Pada tahap ini, penulis
memerlukan perenungan untuk mengolah dan memperkaya ide yang didapat
dengan pengalaman batin. Misalnya, untuk menulis puisi anak penjual
koran, Anda dapat merenung bagaimana jika Anda yang menjadi penjual
koran itu.
3. Mengembangkan ide/tema menjadi sebuah puisi
Untuk mewujudkan ide menjadi sebuah puisi
dibutuhkan keterampilan berbahasa karena bahasalah yang Anda gunakan
sebagai media ekspresi. Anda harus bergelut dan bergulat dengan
kata-kata. Kreativitas Anda untuk memilih diksi dan majas ditantang pada
tahap ini. Anda harus mampu menemukan kata-kata yang tepat untuk
mengekspresikan puisi Anda. Keindahan puisi Anda dapat terlihat dari
tepat tidaknya Anda memilih, menjalin, dan menggunakan kata-kata pada
tempatnya yang wajar. Semakin sering Anda menulis puisi, Anda akan
semakin terampil mengekspresikan puisi dalam bahasa yang indah
(estetis).
Contoh pilihan kata dan majas:
a. pita hitam (belasungkawa)
b. dewi malam (bulan)
c. aku ini binatang jalang (orang yang bebas, tidak mau terikat)
d. mau hidup seribu tahun lagi (tak ingin mati)
- Perhatikan larik-larik puisi berikut:
kuingat pertemuan kita
pada sore yang hujan itu
aku masih setia menunggu,
namun, kapan kau akan
menjemputku
- Bandingkan dengan larik-larik berikut.
kukenangkan pertemuan kita
pada hujan senja temaram
masihkah,
kaubiarkan aku berdiri usang
terbenam di rawa-rawa penantian
Dari kedua contoh di atas, tampak
menggambarkan suatu hal yang sebetulnya sama. Namun, Anda tentu dapat
merasakan bahwa contoh yang kedua terasa lebih kuat maknanya. Hal itu
karena didukung oleh pilihan kata yang cermat oleh penyair.
4. Mengevaluasi hasil tulisan
Setelah Anda selesai menulis puisi, Anda
dapat melakukan penilaian secara kritis terhadap puisi yang telah Anda
buat. Bila perlu, puisi tersebut dapat dimodifikasi, direvisi, ditambah,
atau dihilangkan bagian-bagian yang tidak sesuai. Evaluasi juga dapat
dilakukan dengan membandingkan puisi Anda dengan puisi orang lain.
Selain itu juga mendiskusikan puisi Anda dengan orang lain untuk
mendapatkan masukan bagi penyempurnaan karya tersebut.
Membaca langkah-langkah penulisan puisi
di atas, tampaknya bukan hal sulit untuk menulis sebuah puisi. Oleh
karena itu, Anda harus segera mencoba menulis puisi. Jangan ragu untuk
memulai. Yang penting sebagai penulis pemula Anda dapat membangun sebuah
makna yang utuh dalam puisi yang Anda buat, walau di sana sini ada
beberapa hal yang perlu dibenahi. Selamat mencoba.
Persuasi
Persuasi adalah bentuk karangan yang
bertujuan untuk meyakinkan dan membujuk seseorang baik pembaca atau juga
pendengar agar melakukan sesuatu yang dikehendaki penulis.
Bentuk persuasi yang dikenal umum adalah
propaganda yang dilakukan berbagai badan, lembaga, atau perorangan;
iklan dalam surat kabar, kampanye, selebaran.
Persuasi menggunakan pendekatan emotif,
yaitu pendekatan yang berusaha membangkitkan dan merangsang emosi
pembaca. Di samping itu, karangan persuasi pun biasanya menggunakan
pendekatan rasional, yakni dengan menyampaikan fakta-fakta untuk
meyakinkan pembaca atau pendengar.
Ciri paragraf persuasi:
- Paragraf persuasi berusaha meyakinkan, mendorong, memengaruhi, dan membujuk seseorang atau pembaca
- Persuasi menggunakan fakta dan bukti untuk meyakinkan dan memengaruhi pembaca.
- Persuasi menggunakan bahasa secara menarik untuk memberikan sugesti kepada pembaca.
- Paragraf persuasi berusaha membuat pembaca tergerak untuk melakukan yang dikehendaki penulis.
Paragraf persuasi pada dasarnya merupakan
kelanjutan atau pengembangan dari paragraf argumentasi. Adapun
bagian-bagian persuasi adalah sebagai berikut.
- Bagian awal memaparkan gagasan tertentu
- Diikuti dengan memberikan alasan, bukti, atau contoh untuk meyakinkan dan memengaruhi pembaca.
- Ditutup dengan ajakan, bujukan, rayuan, imbauan, atau saran kepada pembaca.
Perbedaan argumentasi dengan persuasi
argumentasi | persuasi | |
tujuan | untuk mencapai suatu kesimpulan | untuk mencapai persetujuan atau kesesuaian penulis dengan pembaca sehingga pembaca menerima keinginan penulis |
sasaran proses berpikir | kebenaran mengenai subjek yang dibicarakan | pembaca atau pendengar |
banyaknya fakta | semakin banyak fakta yang digunakan semakin kuat kebenaran yang dipertahankan | fakta seperlunya saja |
penggunaan bahasa | bersifat lugas atau apa adanya, sehingga terasa kaku | luwes dan menarik karena memang digunakan untuk membujuk |
sasaran | logika pembaca | emosi/perasaan pembaca |
fokus garapan | benar-salahnya gagasan atau pendapat | menggarap pembaca agar mau mengikuti kehendak penulis |
Contoh paragraf persuasi
Masalah sampah di DKI Jakarta adalah
masalah yang sangat rumit, terutama menyangkut tempat pembuangan akhir
(TPA). Dengan jumlah penduduk 10 juta jiwa dan rata-rata setiap jiwa
menyumbang produksi sampah 2,92 meter kubik setiap harinya maka total
produksi sampah 26.000 meter kubik per hari. Tumpukan sampah sebanyak
itu sulit kita bayangkan. Membuang sampah ke provinsi tetangga sulit
karena terganjal kesepakatan dengan Pemda setempat. Belum lagi tentangan
dari warga sekitar TPA. Siapa yang ikhlas jika kampungnya dijadikan bak
sampah warga daerah lain? Untuk mengatasi hal itu, kita perlu mengubah
TPA (tempat pembuangan akhir) menjadi TPA (tempat pengolahan akhir).
Artinya, sampah tidak hanya dibuang, tetapi diolah menjadi barang yang
lebih bermanfaat, misalnya kompos.Dengan cara ini, semua orang dapat
menerima karena tidak ada pihak yang dirugikan.
Dalam contoh di atas terlihat bahwa
bagian awal paragraf itu merupakan argumentasi, sedangkan bagian
akhirnya termasuk persuasi. Paragraf persuasi tidak dapat dipisahkan
dengan paragraf argumentasi. Sebab, pembaca tidak akan mudah dipengaruhi
atau diajak jika belum yakin. Untuk meyakinkan diperlukan argumentasi.
Citraan Dalam Puisi
Untuk memberikan gambaran yang jelas,
untuk menimbulkan suasana, untuk membuat lebih hidup dan menarik, dalam
puisi penyair juga sering menggunakan gambaran angan. Gambaran angan
dalam puisi ini disebut citraan (imagery)
Citraan atau pengimajian adalah
gambar-gambar dalam pikiran, atau gambaran angan si penyair. Setiap
gambar pikiran disebut citra atau imaji (image). Gambaran pikiran ini
adalah sebuah efek dalam pikiran yang sangat menyerupai gambaran yang
dihasilkan oleh penangkapan kita terhadap sebuah objek yang dapat
dilihat oleh mata (indera penglihatan). Citraan tidak membuat kesan baru
dalam pikiran.
Jenis/macam citraan (imaji)
1. Citraan penglihatan (visual imegery)
Citraan penglihatan adalah citraan yang
ditimbulkan oleh indera penglihatan (mata). Citraan ini paling sering
digunakan oleh penyair. Citraan penglihatan mampu memberi rangsangan
kepada indera penglihatan sehingga hal-hal yang tidak terlihat menjadi
seolah-olah terlihat.
Contoh:
Nanar aku gila sasar
Sayang berulang padamu jua
Engkau pelik menarik ingin
Serupa dara dibalik tirai
(Amir Hamzah, Padamu Jua)
2. Citraan pendengaran (auditory imagery)
Citraan pendengaran adalah citraan yang
dihasilkan dengan menyebutkan atau menguraikan bunyi suara, misalnya
dengan munculnya diksi sunyi, tembang, dendang, dentum, dan sebagainya. Citraan pendengaran berhubungan dengan kesan dan gambaran yang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga).
Contoh:
Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
(Chairil Anwar, Sajak Putih)
3. Citraan perabaan (tactile imagery)
Citraan perabaan adalah citraan yang
dapat dirasakan oleh indera peraba (kulit). Pada saat membacakan atau
mendengarkan larik-larik puisi, kita dapat menemukan diksi yang dapat
dirasakan kulit, misalnya dingin, panas, lembut, kasar, dan sebagainya.
Contoh:
Kapuk randu, kapuk randu!
Selembut tudung cendawan
Kuncup-kuncup di hatiku
Pada mengembang bermerkahan
(WS Rendra, Ada Tilgram Tiba Senja)
4. Citraan penciuman (olfactory)
Citraan penciuman adalah citraan yang
berhubungan dengan kesan atau gambaran yang dihasilkan oleh indera
penciuman. Citraan ini tampak saat kita membaca atau mendengar kata-kata
tertentu, kita seperti mencium sesuatu.
Contoh:
Dua puluh tiga matahari
Bangkit dari pundakmu
Tubuhmu menguapkan bau tanah
(WS Rendra, Nyanyian Suto untuk Fatima)
5. Citraan pencecapan (gustatory)
Citraan pencecapan adalah citraan yang
berhubungan dengan kesan atau gambaran yang dihasilkan oleh indera
pencecap. Pembaca seolah-olah mencicipi sesuatu yang menimbulkan rasa
tertentu, pahit, manis, asin, pedas, enak, nikmat, dan sebagainya.
Contoh:
Dan kini ia lari kerna bini bau melati
Lezat ludahnya air kelapa
(WS Rendra, Ballada Kasan dan Patima)
6. Citraan gerak (kinaesthetic imagery)
Citraan gerak adalah gambaran tentang sesuatu yang seolah-olah dapat bergerak. Dapat juga gambaran gerak pada umumnya.
Contoh:
Pohon-pohon cemara di kaki gunung
pohon-pohon cemara
menyerbu kampung-kampung
bulan di atasnya
menceburkan dirinya ke kolam
membasuh luka-lukanya
(Abdulhadi, Sarangan)
Selain citraan di atas, ada pula ahli sastra yang menambahkan jenis citraan lain, yaitu:
1. Citraan perasaan
Puisi merupakan ungkapan perasaan
penyair. Untuk mengungkapkan perasaannya tersebut, penyair memilih dan
menggunakan kata-kata tertentu untuk menggambarkan dan mewakili
perasaannya itu. Sehingga pembaca puisi dapat ikut hanyut dalam perasaan
penyair.
Perasaan itu dapat berupa rasa sedih, gembira, haru, marah, cemas, kesepian, dan sebagainya.
Contoh:
Alangkah pilu siutan angin menderai
Mesti berjuang menghabiskan lagu sedih
Kala aku terpeluk dalam lengan-lenganmu
Sebab keinginan saat ini mesti tewas dekat usia
(Toto Sudarto Bachtiar, Wajah)
2. Citraan intelektual
Citraan intelektual adalah citraan yang dihasilkan oleh/ dengan asosiasi-asosiasi intelektual.
Contoh:
Bumi ini perempuan jalang
yang menarik laki-laki jantan dan pertapa
ke rawa-rawa mesum ini
dan membunuhnya pagi hari
(Subagio Sastrowardoyo, Dewa Telah Mati)
Contoh puisi yang banyak mengandung citraan terlihat berikut ini.
DUKA CITA
Yang memucat wajahnya
merenungi kelabu dinding kamar
yang ditinggal mati penghuninya
sedang di luar
anjing terdiam
tak melihat kupu terbang
menjatuhkan madu di lidahnya
yang terasa getir
Angin tidak bekerja
ranting pohonan merunduk
menyesali daun kering yang terlepas
waktu perempuan berkerudung hitam
melangkah di atas daunan
berisik, menyayat hati burung
yang pecah telurnya
Tangan-tangan gadis
yang pucat mukanya
diam-diam meronce melati
sambil mengusap air mata
Di ujung desa
jenazah sedang di sucikan
(Kuntowijoyo)
Menulis Cerita Pendek
Cerita pendek atau lebih sering disingkat
dengan cerpen adalah salah satu bentuk karya sastra prosa. Sebagai
karya sastra, cerpen bersifat fiktif-imajinatif., sehingga disebut pula
karangan fiksi. Meskipun bersifat fiktif-imajinatif, tak jarang
persoalan yang diangkat dalam cerpen bersumber dari kenyataan (fakta)
sehari-hari. Namun demikian, kenyataan (fakta) tersebut diolah secara
imajinatif oleh pengarang sehingga menjadi sebuah karya fiksi.
Secara fisik, cerpen pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
- panjang ceritanya kurang lebih 3 sampai 10 halaman atau kurang dari 10 ribu kata.
- selesai dibaca dalam sekali duduk.
- hanya terdapat satu insiden yang menguasai jalan cerita
- terdapat konflik, tetapi tidak sampai menimbulkan perubahan nasib pelakunya.
- hanya terdapat satu alur cerita
- perwatakan dan penokohan dilukiskan secara singkat
Unsur Pembangun Cerpen
Seperti halnya bentuk prosa lainnya,
cerpen dibangun dari unsur intrinsik (unsur dari dalam cerpen) dan unsur
ekstrinsik (unsur dari luar cerpen).
Unsur intrinsik meliputi:
- Tema, yaitu sesuatu yang menjadi dasar cerita, menjiwai cerita, atau sesuatu yang menjadi pokok masalah dalam cerita. Tema suatu cerita seringkali diungkapkan secara tersirat.
- Alur/plot, yaitu jalan cerita yang dibuat oleh pengarang dalam menjlin kejadian atau peristiwa secara runtut sehingga terjalin satu cerita yang bulat.
- Latar/ setting, yaitu menunjuk pada pengertian tempat, hubungan waktu, suasana, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.
- Tokoh dan penokohan, yaitu tokoh menunjuk pada orang/pelaku cerita, sedangkan penokohan menunjuk pada sifat/karakter dan sikap tokoh yang menggambarkan kualitas pribadi seorang tokoh. Secara umum kita mengenal tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Sedangkan untuk menggambarkan tokoh dapat dilakukan secara langsung (analitik) dan taklangsung (dramatik)
- Sudut pandang, yaitu cara pengarang menempatkan diri atau memandang suatu peristiwa dalam cerita.
- Gaya bahasa, yaitu cara khas penyampaian dan penyusunan dalam bentuk tulisan atau lisan. Hal ini meliputi penggunaan kalimat, pemilihan diksi, penggunaan majas, dan penghematan kata.
- Amanat, yaitu pesan yang ingin disampaikan pengarang melalui cerita yang ditulisnya.
Unsur Ekstrinsik meliputi:
- latar belakang biografi pengarang
- keadaan sosial, politik, ekonomi zaman karya ditulis
- psikologi pengarang.
Langkah menulis cerpen:
- menentukan tema
- mengumpulkan bahan cerita, bahan cerita dapat diambil dari peristiwa sehari-hari, pengalaman pribadi, pengalaman orang lain, hasil membaca, mengamati, dan sebagainya
- menyusun data/ bahan cerita,merupakan garis besar cerita, cerita berawal ketika apa, siapa tokohnya, apa konfliknya
- mengembangkan data dan bahan menjadi cerita
- merevisi hasil tulisan
Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam menulis cerpen.
1. Narasi.
Cerpen merupakan cerita, maka narasi (cara bercerita yang baik dan menarik) akan menjadikan cerpen menarik untuk dinikmati.
2. Deskripsi.
Cerita
akan semakin menarik bila ada deskripsi yang mendukung isi cerita.
Misalnya deskripsi tokoh, deskripsi tempat, deskripsi suasana, dan
sebagainya. Semakin cermat dekripsinya akan semakin bagus.
Contoh:
a. untuk menceritakan tentang tokoh perempuan yang cantik hanya dengan kalimat “Perempuan itu sangat cantik.” tentu akan berbeda kesannya bila dituliskan dengan deskripsi-deskripsi berikut.
“Perempuan
itu berkulit kuning langsat. Wajahnya oval, bulu matanya lentik,
alisnya tebal, hidungnya mancung sekitar lima senti dan ada tahi lalat
di pipi sebelah kiri. Dagunya sekilas bagai sangkar burung tempua.
Sesekali barisan putih menyembul dari balik bibirnya saat tersenyum. Ah,
bibir yang tipis dan basah…”
b. untuk menceritakan tempat dan suasana hanya dengan kalimat ”Malioboro selalu ramai, banyak pedagang kaki lima yang selalu menarik kedatangan turis.” tentu akan berbeda kesannya bila dituliskan dengan deskripsi-deskripsi berikut.
”Hujan yang menggila mulai
reda. Orang-orang mengalir lagi lagi di sepanjang Malioboro, mengikuti
jalur ke arah selatan. Sebuah urat nadi Yogya, yang semakin sesak dengan
gedung-gedung bertingkat dan pengap oleh polusi kendaraan. Di
koridornya pejalan kaki berbagi tempat dengan pedagang souvenir, yang
hampir menghabiskan tempat.
Pedagang kaki lima, memang,
menguasai wilayah turis ini. Membuat atraktif. Sedap dipandang mata dan
membuka lapangan pekerjaan. Mengurangi kemiskinan. Sumber devisa, karena banyak menyedot turis mancanegara datang ke sini.”
Dengan demikian penguasaan deskripsi sangat penting dalam menulis cerpen. Adanya deskripsi akan semakin menghidupkan cerita.
3. Dialog.
Dialog sangat
penting untuk menghidupkan cerita. Di samping itu, dialog juga dapat
memberikan petunjuk tentang watak dan sifat tokoh cerita, dapat
menggugah perasaan pembaca dalam menghayati suasana dalam cerita.
4. Konflik.
Konflik juga
berfungsi untuk menghidupkan cerita. Adanya konflik akan membuat
pembaca semakin ingin tahu akhir ceritanya. Cerita tanpa konflik akan
terasa datar saja.
5. Memperhatikan EyD.
Meskipun cerpen merupakan karya fiksi, penggunaan EyD tidak dapat diabaikan, terutama yang berkaitan dengan tanda baca.
Misalnya tanda baca apa yang dipakai dalam menuliskan kalimat langsung
(yang ada pada dialog), kapan harus muncul paragraf baru, kapan
menggunakan tanda ’titik’, ’koma’, ’tanda tanya’, ’tanda seru’,
penulisan istilah asing, dan sebagainya.
6. Selain hal-hal di atas, agar cerita semakin menarik Anda dapat pula memasukkan pengetahuan di dalamnya. Ini terlihat dalam Laskar Pelangi-nya Andrea Hirata, atau Supernova-nya Dewi Lestari. Dengan memasukkan pengetahuan juga semakin menunjukkan luasnya wawasan pengarang.
Agar cerpen Anda semakin kaya, Anda juga perlu membaca karya-karya lain. Tentu tidak dimungkiri, banyak membaca akan memperkaya wawasan.
7. Hal yang paling penting agar dapat menghasilkan sebuah cerpen yang baik adalah berlatih, berlatih, berlatih.
APRESIASI DRAMA
A. PENGERTIAN
Drama berasal dari bahasa Yunani draomai,
yang berarti ‘berbuat’ , ‘bertindak’, atau ‘beraksi’. Drama merupakan
tiruan kehidupan yang manusia yang diproyeksikan di atas pentas. Drama
disebut juga sandiwara. Kata ini berasal dari bahasa Jawa, yaitu ‘sandi’ yang berarti ‘tersembunyi’ dan ‘warah’ yang berarti ‘ajaran’. Dengan demikian, sandiwara berarti ajaran yang tersembunyi dalam tingkah laku dan percakapan.
Drama dalam arti luas adalah suatu bentuk
kesenian yang mempertunjukkan sifat atau budi pekerti manusia dengan
gerak dan percakapan di atas pentas atau panggung. Drama merupakan
bentuk seni yang bertujuan menggambarkan kehidupan dengan menyampaikan
pertikaian dan emosi melalui lakuan dan dialog. Dengan melihat drama,
penonton seolah-olah melihat kehidupan dan kejadian dalam masyarakat.
Hal ini karena drama merupakan potret kehidupan manusia.
Drama mencakup 2 bidang seni, yaitu seni
sastra (untuk naskah drama) dan seni peran/pentas (pementasan). Sebuah
naskah drama akan menjadi lengkap/ utuh ketika dipentaskan.
B. UNSUR-UNSUR DRAMA
Drama memiliki unsur-unsur sebagai berikut.
1. tokoh dan penokohan
Tokoh memiliki posisi yang sangat penting
karena bertugas mengaktualisasikan cerita/ naskah drama di atas pentas.
Dalam cerita drama tokoh merupakan unsur yang paling aktif yang menjadi
penggerak cerita.oleh karena itu seorang tokoh haruslah memiliki
karakter, agar dapat berfungsi sebagai penggerak cerita yang baik.
Di samping itu dalam naskah akan ditentukan dimensi-dimensi sang tokoh. Biasanya ada 3 dimensi yang ditentukan yaitu:
Dimensi fisiologi (ciri-ciri badani) antara lain usia, jenis kelamin, keadaan tubuh, cirri-ciri muka,dll.
Dimensi sosiologi (latar belakang) kemasyarakatan misalnya status sosial, pendidikan, pekerjaan, peranan dalam masyarakat, kehidupan pribadi, pandangan hidup, agama, hobby, dan sebagainya.
Dimensi psikologis (latar belakang kejiwaan) misalnya temperamen, mentalitas, sifat, sikap dan kelakuan, tingkat kecerdasan, keahlian dalam bidang tertentu, kecakapan, dan lain sebagainya.
Apabila kita mengabaikan salah satu saja dari ketiga dimensi diatas, maka tokoh yang akan kita perankan akan menjadi tokoh yang kaku, timpang, bahkan cenderung menjadi tokoh yang mati.
Dimensi sosiologi (latar belakang) kemasyarakatan misalnya status sosial, pendidikan, pekerjaan, peranan dalam masyarakat, kehidupan pribadi, pandangan hidup, agama, hobby, dan sebagainya.
Dimensi psikologis (latar belakang kejiwaan) misalnya temperamen, mentalitas, sifat, sikap dan kelakuan, tingkat kecerdasan, keahlian dalam bidang tertentu, kecakapan, dan lain sebagainya.
Apabila kita mengabaikan salah satu saja dari ketiga dimensi diatas, maka tokoh yang akan kita perankan akan menjadi tokoh yang kaku, timpang, bahkan cenderung menjadi tokoh yang mati.
Berdasarkan perannya, tokoh terbagai atas tokoh utama dan tokoh pembantu. Tokoh utama adalah tokoh yang menjadi sentral cerita dalam pementasan drama sedangkan tokoh pembantu adalah tokoh yang dilibatkan atau dimunculkan untuk mendukung jalan cerita dan memiliki kaitan dengan tokoh utama.
Dari perkembangan sifat/perwatakannya, tokoh dan perannya dalam pementasan drama terdiri 4 jenis, yaitu tokoh berkembang, tokoh pembantu, tokoh statis dan tokoh serba bisa. Tokoh berkembang
adalah tokoh yang mengalami perkembangan selama pertunjukan. Misalnya,
tokoh yang awalnya seorang yang baik, namun pada akhirnya menjadi
seorang yang jahat. Tokoh pembantu adalah tokoh yang diperbantukan untuk menjelaskan tokoh lain. Tokoh pembantu merupakan minor character
yang berfungsi sebagai pembantu saja atau tokoh yang memerankan suatu
bagian penting dalam drama, namun fungsi utamanya tetap sebagai tokoh
pembantu. Tokoh statis adalah tokoh yang tidak
mengalami perubahan karakter dari awal hingga akhir dalam dalam suatu
drama. Misalnya, seorang tokoh yang berkarakter jahat dari awal drama
akan tetap bersifat jahat di akhir drama. Tokoh serba bisa
adalah tokoh yang dapat berperan sebagai tokoh lain (all round).
Misalnya, tokoh yang berperan sebagai seorang raja, namun ia juga
berperan sebagai seorang pengemis untuk mengetahui kehidupan rakyatnya.
2. alur (plot)
Alur adalah jalinan cerita. Secara garis besar, plot drama dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:
Pemaparan (eksposisi)
Bagian pertama dari suatu pementasan drama adalah pemaparan atau eksposisi. Pada bagian ini diceritakan mengenai tempat, waktu dan segala situasi dari para pelakunya. Kepada penonton disajikan sketsa cerita sehingga penonton dapat meraba dari mana cerita ini dimulai. Jadi eksposisi berfungsi sebagai pengantar cerita. Pada umumnya bagian ini disajikan dalam bentuk sinopsis.
Bagian pertama dari suatu pementasan drama adalah pemaparan atau eksposisi. Pada bagian ini diceritakan mengenai tempat, waktu dan segala situasi dari para pelakunya. Kepada penonton disajikan sketsa cerita sehingga penonton dapat meraba dari mana cerita ini dimulai. Jadi eksposisi berfungsi sebagai pengantar cerita. Pada umumnya bagian ini disajikan dalam bentuk sinopsis.
Komplikasi awal atau konflik awal
Kalau pada bagian pertama tadi situasi cerita masih dalam keadaan seimbang maka pada bagian ini mulai timbul suatu perselisihan atau komplikasi. Konflik merupakan kekuatan penggerak drama.
Kalau pada bagian pertama tadi situasi cerita masih dalam keadaan seimbang maka pada bagian ini mulai timbul suatu perselisihan atau komplikasi. Konflik merupakan kekuatan penggerak drama.
Klimaks dan krisis
Klimaks dibangun melewati krisis demi krisis. Krisis adalah puncak plot dalam adegan. Konflik adalah satu komplikasi yang bergerak dalam suatu klimaks.
Klimaks dibangun melewati krisis demi krisis. Krisis adalah puncak plot dalam adegan. Konflik adalah satu komplikasi yang bergerak dalam suatu klimaks.
Peleraian
Pada tahap ini mulai muncul peristiwa yang dapat memecahkan persoalan yang dihadapi.
Penyelesaian (denouement)
Drama terdiri dari sekian adegan yang di dalamnya terdapat krisis-krisis yang memunculkan beberapa klimaks. Satu klimaks terbesar di bagian akhir selanjutnya diikuti adegan penyelesaian.
Drama terdiri dari sekian adegan yang di dalamnya terdapat krisis-krisis yang memunculkan beberapa klimaks. Satu klimaks terbesar di bagian akhir selanjutnya diikuti adegan penyelesaian.
Alur cerita akan hidup jika terdapat
konflik. Konflik merupakan unsur yang memungkinkan para tokoh saling
berinteraksi. Konflik tidak selalu berupa pertengkaran, kericuhan, atau
permusuhan di antara para tokoh. Ketegangan batin antartokoh, perbedaan
pandangan, dan sikap antartokoh sudah merupakan konflik. Konflik dapat
membuat penonton tertarik untuk terus mengikuti atau menyaksikan
pementasan drama.
Bentuk konflik terdiri dari dua, yaitu konflik eksternal dan konflik internal. Konflik eksternal adalah konflik yang terjadi antara seorang tokoh dengan lingkungan alamnya (konflik fisik) atau dengan lingkungan manusia (konflik sosial). Konflik fisik
disebabkan oleh perbenturan antara tokoh dengan lingkungan alam.
Misalnya,seorang tokoh mengalami permasalahan ketika banjir melanda
desanya. Konflik sosial disebabkan oleh hubungan atau masalah
social antarmanusia. Misalnya, konflik terjadi antara buruh dan
pengusaha di suatu pabrik yang mengakibatkan demonstarasi buruh. Konflik Internal
adalah konflik yang terjadi dalam diri atau jiwa tokoh. Konflik ini
merupakan perbenturan atau permasalahan yang dialami seorang tokoh
dengan dirinya sendiri, misalnya masalah cita-cita, keinginan yang
terpendam, keputusan, kesepian, dan keyakinan.
Kedua jenis konflik diatas dapat
diwujudkan dengan bermacam peristiwa yang terjadi dalam suatu pementasan
drama. Konflik-konflik tersebut ada yang merupakan konflik utama dan
konflik-konflik pendukung. Konflik Utama (bias konflik eksternal,
konflik internal, atau kedua-duannya) merupakan sentral alur dari drama
yang dipentaskan, sedangkan konflik-konflik pendukung berfungsi utnuk
mempertegas keberadaan konflik utama.
3. dialog
Dialog berisikan kata-kata. Dalam drama
para tokoh harus berbicara dan apa yang diutarakan mesti sesuai dengan
perannya, dengan tingkat kecerdasannya, pendidikannya, dsb. Dialog
berfungsi untuk mengemukakan persoalan, menjelaskan perihal tokoh,
menggerakkan plot maju, dan membukakan fakta.
Jalan cerita drama diwujudkan melalui
dialog (dan gerak) yang dilakukan pemain. Dialog-dialog yang dilakukan
harus mendukung karakter tokoh yang diperankan dan dapat menunjukkan
alur lakon drama. Melalui dialog-dialog antarpemain inilah penonton
dapat mengikuti cerita drama yang disaksikan. Bahkan bukan hanya itu,
melalui dialog itu penonton dapat menangkap hal-hal yang tersirat di
balik dialog para pemain. Oleh karena itu, dialog harus benar-benar
dijiwai oleh pemain sehingga sanggup menggambarkan suasana. Dialog juga
harus berkembang mengikuti suasana konflik dalam tahap-tahap alur lakon
drama.
Dalam percakapan atau dialog haruslah memenuhi dua tuntutan
- dialog harus menunjang gerak laku tokohnya. Dialog haruslah dipergunakan untuk mencerminkan apa yang telah terjadi sebelum cerita itu, apa yang sedang terjadi di luar panggung selama cerita itu berlangsung; dan harus pula dapat mengungkapkan pikiran-pikiran serta perasaan-perasaan para tokoh yang turut berperan di atas pentas.
- Dialog yang diucapkan di atas pentas lebih tajam dan tertib daripada ujaran sehari-hari. Tidak ada kata yang harus terbuang begitu saja; para tokoh harus berbicara jelas dan tepat sasaran. Dialog itu disampaikan secara wajar dan alamiah.
latar atau setting adalah penempatan
ruang dan waktu, serta suasana cerita. Penataan latar akan menghidupkan
suasana. Penataan latar akan menghidupkan suasana, menguatkan karakter
tokoh, serta menjadikan pementasan drama semakin menarik. Oleh karena
itu, ketetapan pemilihan latar akan ikut menentukan kualitas pementasan
drama secara keseluruhan.
5. tema
Tema drama adalah
gagasan atau ide pokok yang melandasi suatu lakon drama. Tema drama
merujuk pada sesuatu yang menjadi pokok persoalan yang ingin diungkapkan
oleh penulis naskah. Tema itu bersifat umum dan terkait dengan
aspek-aspek kehidupan di sekitar kita.
Tema Utama adalah tema secara keseluruhan yang menjadi landasan dari lakon drama, sedangkan tema tambahan merupakan tema-tema lain yang terdapat dalam drama yang mendukung tema utama.
Bagaimana menemukan
tema dalam drama? Tema drama tidak disampaikan secara implisit. Setelah
menyaksikan seluruh adegan dan dialog antarpelaku dalam pementasan
drama, kamu akan dapat menemukan tema drama itu. Kamu harus
menyimpulkannya dari keseluruhan adegan dan dialog yang ditampilkan.
Maksudnya tema yang ditemukan tidak berdasarkan pada bagian-bagian
tertentu cerita.
Walaupun tema dalam drama itu cendrung
”abstrak”, kita dapat menunjukkan tema dengan menunjukkan bukti atau
alasan yang terdapat dalam cerita. Bukti-bukti itu dapat ditemukan
dalam narasi pengarang, dialog antarpelaku, atau adegan atau rangkaian
adegan yang saling terkait, yang semuannya didukung oleh unsur-unsur
drama yang lain, seperti latar, alur, dan pusat pengisahan.
6. pesan/amanat
Setiap karya sastra selalu disisipi pesan
atau amanat oleh penulisnya. Dengan demikian pula dengan drama. Hanya
saja, amanat dalam karya sastra tidak ditulis secara eksplisit, tetapi
secara implisit. Penonton menafsirkan pesan moral yang terkandung dalam
naskah yang dibaca atau drama yang ditontonnya.
7. interpretasi kehidupan
Maksudnya adalah pementasan drama itu
seolah-olah terjadi dengan sesungguhnya dalam kehidupan masyarakat
sehari-hari meskipun hanya merupakan tiruan kehidupan. Drama adalah
bagian dari suatu kehidupan yang digambarkan dalam bentuk pentas
Pementasan drama memilki unsur-unsur sebagai berikut.
1. cerita
Cerita dalam drama seringkali mengusung
masalah/persoalan kehidupan. Cerita dalam drama disusun dalam bentuk
dialog, yang disebut naskah drama atau skenario.
2. pelaku
Pelaku drama (pemain drama, aktor, atau
aktris) adalah pembawa cerita. Merekalah yang membawakan/menyampaikan
cerita kepada penonton. Dalam menyampaikan cerita kepada penonton,
pelaku memliki dua alat, yaitu dialog (ucapan) dan gerak (perbuatan)
3. sutradara
Sutradara bertugas menerjemahkan dan
mewujudkan isi cerita kepada penonton melalui ucapan dan perbuatan
(akting) para pelaku di panggung.
4. panggung
Panggung merupakan tempat pementasan atau tempat para pelaku mengekspresikan watak tokoh sesuai dengan isi cerita.
5. penonton
Penonton merupakan penikmat drama. Penonton berfungsi untuk mendukung kelangsungan hidup drama.
C. MENULIS NASKAH DRAMA
Drama adalah ragam sastra dalam bentuk
dialog yang dimaksudkan untuk dipertunjukkan di atas pentas. Salah satu
komponen yang diperlukan untuk mementaskan sebuah drama adalah naskah
drama. Naskah drama berisi cerita yang disusun dalam bentuk dialog.
Naskah drama biasanya mengandung beberapa unsur pokok, seperti pelaku
(tokoh), dialog (percakapan), dan keterangan (latar, kostum, aksesoris),
serta keterangan lakuan (akting).
Perhatikan contoh kutipan naskah drama berikut!
DAG DIG DUG
(Putu Wijaya)
BABAK I
Sebuah ruang besar yang kosong.
Meskipun di tengah-tengah ada sebuah meja marmar kecil tinggi diapit dua
kursi antik berkaki tinggi, berlengan membundar, berpantat lebar. Di
sini sepasang suami istri pensiunan yang hidup dari uang indekosan
menerima kabar seseorang telah meninggal di sana. Dalam surat dijelaskan
akan datang utusan yang akan menjelaskan hal tersebut lebih lanjut.
Pada hari yang dijanjikan keduanya menunggu.
Masih pagi.
Suami : Siapa?
Istri : Lupa lagi?
Suami : Tadi malam hapal. Siapa?
Istri : Ingat-ingat dulu!
Suami : Lupa, bagaimana ingat?
Istri : Coba, coba! Nanti diberi tahu lupa lagi. Jangan biasakan otak manja.
Suami : Cha….Chai….Chairul….Ka, Ka…ah sedikit lagi (berusaha mengingat-ingat)
Istri : (tak sabar) Kairul Umam!
Suami : Ah? Kairul Umam? Ka? Bukan Cha? Kok lain?
Istri : Kairul Umam! Kairul Umam! Kairul Umam! Ingat baik-baik!
Suami : Semalam laim.
Istri : Kok ngotot!
Suami : Semalam enak diucapkan, Cha, Cha….begitu. Sekarang kok, Ka, Ka…..siapa?
Istri : KAIRUL UMAM!
Suami : Kok Kairul, Cha!
Istri : Chairul Umam!
Suami : Semalam rasanya. Jangan-jangan keliru. Coba lihat suratnya lagi.
Istri : Kok ngotot. Ni lihat. (Menyerahkan surat)
Suami : (memasang kaca mata, – membaca sambil lalu)
….dengan ini kami kabarkan…ya, jangan terkejut….diluar dugaan,
barangkali….kami harap….dengan ini kami kabarkan….ya, jangan
terkejut…..diluar dugaan lho….dengan ini kami kabarkan….
Istri : (mengambil kaca dan mendekatkan mukanya) Ini apa!
Suami : O, ya! Chairul, Chairul….ini U atau N.
Istri : U!
Suami : Ini?
Istri : M!
Suami : Ini?
Istri : A. Ini M!
Suami : Seperti tulisan dokter.
Istri : Sekarang siapa yang betul?
Suami : Jadi betul Chairul Umam, bukan KHA – irul Umam!
Penjelasan:
- Paragraf awal menunjukkan keterangan latar (setting), petunjuk panggung, aksesoris, kostum, dan sebagainya. Kadang-kadang ditulis dengan huruf kapital.
- Tulisan (kata atau kalimat) yang dicetak miring dan terdapat dalam tanda kurung merupakan keterangan lakuan (akting) untuk diperagakan pelaku.
Ada beberapa unsur yang harus diperhatikan dalam menyusun naskah drama:
1. Babak
Babak merupakan bagian naskah yang
merangkum semua peristiwa yang terjadi dalam satu kesatuan waktu –
tempat – peristiwa. Setiap babak terbagi atas adegan-adegan. Babak
disusun berdasarkan pertimbangan pementasan, terutama menyangkut
latar/setting karena sebuah bagian dalam cerita drama dapat terjadi pada
waktu dan tempat yang berlainan dengan bagian lainnya. Melalui
pengalihan babak, penonton akan diberitahu bahwa bagian cerita yang
disaksikannya berada dalam waktu dan tempat yang berbeda dengan bagian
terdahulu. Babak ditandai dengan dekorasi tertentu.
2. Adegan
Adegan merupakan bagian dari babak yang
ditandai dengan pergantian formasi/posisi pemain di atas pentas.
Batasnya ditentukan oleh datang dan perginya seorang atau lebih tokoh di
atas pentas.
3. Dialog
Dialog yaitu percakapan antara tokoh satu dengan tokoh lainnya yang menjadi pusat tumpuan berbagai unsur struktur drama.
4. Petunjuk lakuan
Petunjuk lakuan berisi penjelasan kepada
pembaca dan awak pementasan (sutradara, pemeran, penata seni, dsb.)
mengenai keadaan, suasana, peristiwa, atau perbuatan tokoh, an
unsur-unsur cerita lainnya.
5. Prolog
Prolog adalah bagian naskah drama yang
ditempatkan pada bagian awal drama. Prolog berfungsi sebagai pengantar
yang mengungkap keterangan tentang cerita yang akan disajikan.
6. Epilog
Epilog adalah bagian akhir naskah drama
yang berisi kesimpulan pengarang mengenai cerita, nasihat, pesan moral
(etika). Epilog bukanlah unsur yang harus ada dalam naskah drama.
7. Tema
Tema merupakan ’sesuatu’ yang
disampaikan. ’Sesuatu’ yang ingin disampaikan pengarang itu terurai
dalam seluruh unsur drama. Tema menjiwai seluruh bagian drama: babak,
adegan, dialog, tokoh, bahasa. ’Sesuatu’ itu pula yang ingin disampaikan
pengarang kepada penikmat/penonton drama.
8. Penokohan
Sifat dan kedudukan tokoh dalam drama
bermacam-macam. Setiap tokoh menghadirkan karakter masing-masing. Watak
tokoh bukan saja merupakan pendorong terjadinya peristiwa. Oleh karena
itu, setiap tokoh mengemban tujuan yang penting dalam pengembangan alur
cerita.
9. Alur
Alur adalah rangkaian peristiwa yang
dihubungkan dengan hukum sebab akibat. Artinya, peristiwa-peristiwa
pertama menyebabkan peristiwa kedua, peristiwa kedua meyebabkan
peristiwa ketiga, dan seterusnya. Fungsi utama alur adalah mengungkap
gagasan, membimbing, dan mengarahkan perhatian.
10. Bahasa
Unsur yang tidak kalah pentingnya dalam
penulisan naskah drama adalah bahasa. Bahasa selalu menggerakkan tokoh
dan mencipta suasana. Melalui bahasa yang diucapkan tokoh-tokohnya, kita
dapat memahami waktu, tempat, keadaan, masalah. Melalui bahasa pula
kita mengenal latar belakang setiap tokoh yang dideskripsikannya.
11. Solilokui (monolog/senandika)
Solilokui adalah ungkapan pikiran seorang tokoh yang diungkapkan dalam bentuk percakapan pada diri sendiri.
12. Aside
Aside adalah bagian dari naskah drama
yang diucapkan seorang pemain kepada penonton dengan anggapan tokoh lain
tidak mendengarnya.
Untuk menyusun sebuah naskan drama dapat
digali dari pengalaman-pengalaman. Pengalaman tersebut dikisahkan
kembali dengan mengingat pokok-pokok peristiwa yang terjadi, masalah
yang dihadapi para tokoh, serta watak dan peran setiap tokoh dalam
peristiwa tersebut. Urutan peristiwa yang tersusun digunakan sebagai
kerangka penulisan naskah drama yang dijabarkan melalui dialog yang
diucapkan para tokoh.
Dalam menulis naskah drama harus
bersumber pada kehidupan dan watak manusia. Secara garis besar, untuk
menulis naskah drama dapat mengikuti langkah-langkah berikut.
- Menyusun cerita
- Menjabarkan cerita itu menjadi rentetan peristiwa/garis lakon/alur, yang tersusun menjadi eksposisi, komplikasi, klimaks, antiklimaks, dan resolusi.
- Rentetan peristiwa itu harus menonjol ke arah sebuah konflik sampai mencapai klimaks. Menulis drama tanpa mengandung konflik akan menjadi hambar dan monoton.
- Menentukan jenis-jenis karakter serta penerapannya lewat gerak dan dialog. Konflik sebagai jiwa sebuah drama, berkembang karena pertentangan karakter protagonis melawan antagonis.
- Menyusun naskah dalam bentuk dialog yang efektif. Dalam penyusunannya dapat didekati dari tiga hal, yaitu:
- segi teknis, yaitu setiap dialog di sampingnya diberi catatan yang jelas (keluar, masuk, musik, dan juga perlu diberi angka untuk mempermudah koreksi)
- segi estetis, yaitu dialognya harus indah, komunikatif, memikat, dan memperhatikan kontinuitas
- segi literer, yaitu dialognya dapat menggunakan bahasa konotasi
D. MEMERANKAN DRAMA
Memerankan drama berarti
mengaktualisasikan segala hal yagn terdapat di dalam naskah drama ke
dalam lakon drama di atas pentas. Aktivitas yang menonjol dalam
memerankan drama ialah dialog antartokoh, monolog, ekspresi mimik, gerak
anggota badan, dan perpindahanletak pemain.
Pada saat melakukan dialog ataupun
monolog, aspek-aspek suprasegmental (Lafal, intonasi, nada atau tekanan
dan mimik) mempunyai peranan sangat penting. Lafal yang jelas, intonasi
yang tepat, dan nada atau tekanan yang mendukung penyampaian isi/pesan
1. Membaca dan Memahami Teks Drama
Sebelum memerankan drama, kegiatan awal yang perlu kita lakukan ialah membaca dan memahami teks drama.Teks drama
adalah karangan atau tulisan yang berisi nama-nama tokoh, dialog yang
diucapkan, latar panggung yang dibutuhkan, dan pelengkap lainnya
(Kontum, lighting, dan musik pengiring). Dalam teks dram, yang
diutamakan ialah tingkah laku (acting) dan dialog (percakapan
antartokoh) sehingga penonton memahami isi cerita yang dipentaskan
secara keseluruhan. Oleh karena itu, kegiatan membaca teks drama
dilakukan sampai dikuasainya naskah drama yang akan diperankan.
Dalam teks drama yang perlu kamu pahami
ialah pesan-pesan dan nilai-nilai yang dibawakan oleh pemain. Dalam
membawakan pesan dan nilai-nilai itu, pemain akan terlibat dalam konflik
atau pertentangan. Jadi, yang perlu kamu baca dan pahami ialah
rangkaian peristiwa yang membangun cerita dan konflik-konflik yang
menyertainya.
2. Menghayati Watak Tokoh yang akan Diperankan
Sebelum memerankan sebuah drama, kita
perlu menghayati watak tokoh. Apa yang perlu kita lakukan untuk
menghayati tokoh? Watak tokoh dapat diidentifikasi melaui (1) narasi
pengarang, (2) dialog-dialog dalam teks drama, (3) komentar atau ucapan
tokoh lain terhadap tokoh tertentu, dan (4) latar yang mengungkapkan
watak tokoh.
Melalui menghayati yang sungguh-sungguh,
kamu dapat memerankan tokoh tertentu dengan baik. Watak seorang tokoh
dapat diekspresikan melalui cara sang tokoh memikirkan dan merasakan,
bertutur kata, dan bertingkah laku, seperti dalam kehidupan sehari-hari
di masyarakat. Artinya, watak seorang tokoh bisa dihayati mulai dari
cara sang tokoh memikirkan dan merasakan sesuatu, cara tokoh bertutur
kata dengan tokoh lainnya, dan cara tokoh bertingkah laku.
Hal yang paling penting dalam memerankan drama adalah dialog. Oleh karena itu, seorang pemain harus mampu:
1. Mengucapkan dialog dengan lafal yang jelas.
Seorang pemain dikatakan mampu bertutur
dengan jelas apabila setiap suku kata yang diucapkannya dapat terdengar
jelas oleh penonton sampai deretan paling belakang. Selain jelas, pemain
harus mampu mengucapkan dialog secara wajar. Perasaan dari
masing-masing pemain pun harus bisa ditangkap oleh penonton.
2. Membaca dialog dengan memperhatikan kecukupan volume suara.
Seorang pemain harus bisa menghasilkan
suara yang cukup keras. Ketika membaca dialog, suara pemain harus bisa
memenuhi ruangan yang dipakai untuk pementasan. Suara pemain tidak hanya
bisa didengar ketika panggung dalam keadaan sepi, juga ketika ada
penonton yang berisik.
3. Membaca dialog dengan tekanan yang tepat.
Kalimat mengandung pikiran dan perasaan.
Kedua hal ini dapat ditangkap oleh orang lain bila pembicara (pemain)
menggunakan tekanan secara benar. Tekanan dapat menunjukkan
bagian-bagian kalimat yang ingin ditonjolkan.
Ada 3 macam tekanan yang biasa digunakan dalam melisankan naskan drama:
- tekanan dinamik
yaitu tekanan yang diberikan terhadap
kata atau kelompok kata tertentu dalam kalimat, sehingga kata atau
kelompok kata tersebut terdengar lebih menonjol dari kata-kata yang
lain. Misalnya, ”Engkau boleh pergi. Tapi, tanggalkan bajumu sebagai jaminan!” (kata yang dicetak miring menunjukkan penekanan dalam ucapan).
2. tekanan tempo
yaitu tekanan pada kata atau kelompok
kata tertentu dengan jalan memperlambat pengucapannya. Kata yang
mendapat tekanan tempo diucapkan seperti mengeja suku katanya. Misalnya,
”Engkau boleh pergi. Tapi, tang-gal-kan ba-ju-mu sebagai
jaminan!” Pengucapan kelompok kata dengan cara memperlambat seperti itu
merupakan salah satu cara menarik perhatian untuk menonjolkan bagian
yang dimaksud.
3. tekanan nada
yaitu nada lagu yang diucapkan secara
berbeda-beda untuk menunjukkan perbedaan keseriusan orang yang
mengucapkannya. Misalnya, ”Engkau boleh pergi. Tapi, tanggalkan bajumu
sebagai jaminan!” bisa diucapkan dengan tekanan nada yang menunjukkan
”keseriusan” atau ”ancaman” jika diucapkan secara tegas mantap. Akan
tetapi, kalimat tersebut bisa juga diucapkan dengan nada bergurau jika
pengucapannya disertai dengan senyum dengan nada yang ramah.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyampaikan dialog drama adalah:
- penggunaan bahasa, baik secara pelafalan maupun intonasi, harus relevan. Logat yang diucapkan hendaknya disesuaikan dengan asal suku atau daerah, usia, atau status sosial tokoh yang diperankan.
- Ekspresi tubuh dan mimik muka harus disesuaikan dengan dialog. Bila dialog menyatakan kemarahan, maka ekspresi tubuh dan mimik pun harus menunjukkan rasa marah.
- Untuk lebih menghidupkan suasana dan menjadikan dialog lebih wajar dan alamiah, para pemain dapat melakukan improvisasi di luar naskah.
Memahami Teknik Bermain Drama
Teknik bermain (akting) merupakan unsur
penting dalam seni peran. Berikut ini hal-hal yang sangat mendasar
berkaitan dengan teknik bermain drama.
1. Teknik Muncul
Teknik muncul adalah cara seorang pemain
tampil pertama kali ke pentas yaitu saat masuk ke panggung telah ada
tokoh lain, atau ia masuk bersama tokoh lain. Tentu, setelah muncul,
pemain harus menyesuaikan diri dengan suasana perasaan adegan yang sudah
tercipta di atas pentas. Kehadiran seorang tokoh harus mendukung
perkembangan alur, suasana, dan perwatakan yang sudah tercipta atau
dibangun.
2. Teknik Memberi Isi
Kalimat ”Engkau harus pergi!”
mempunyai banyak nuansa. Ucapan tulus mengungkap keikhlasan atau
simpati, sedangkan ucapan kejengkelan atau kemarahan tentu bernada lain.
Nuansa tercipta melalui tekanan ucapan yang telah dijelaskan di muka
(tekanan dinamik, tekanan nada, dan tekanan tempo).
3. Teknik Pengembangan
Teknik pengembangan berkait dengan daya
kreativitas pemeran, sutradara, dan bagian estetis. Dengan pengembangan,
sebuah naskah akan menjadi tontonan memikat. Bagi pemain, pengembangan
dapat ditempuh dengan beberapa cara, diantaranya:
- Pengucapan
Pengembangan pengucapan dapat ditempuh
dengan menaikkan – menurunkan volume dan nada. Dengan demikian setiap
kata, frase, atau kalimat dalam dialog diucapkan dengan penuh kesadaran.
Artinya, setiap pemain sadar kapan harus mengucap dengan
keras-cepat-tinggi atau lembut-lambat-rendah.
- Gesture
Pengembangan gesture dapat dicapai dengan
lima cara. Setiap cara, tentu saja, tidak dapat dipisah-pisahkan sebab
saling melengkapi dan menyempurnakan.
(1) Menaikkan posisi tubuh
Menaikkan posisi tubuh berarti ada
gerakan baik dari menunduk-menengadah, tangan terkulai menjadi teracung,
berbaring-duduk-berdiri, atau berdiri di lantai-kursi-meja.
(2) Berpaling
Berpaling mempunyai arti yang spesifik
dalam pengembangan dialog: tubuh atau kepala. Perhatikan dialog berikut
ini dan tentukan pada bagian mana kita harus berpaling.
”Aku iri denganmu. Kadang-kadang aku
berpikir untuk keluar saja, lalu buka bengkel juga. Tidak ada hierarki.
Tidak ada rapat-rapat panjang.”
(3) Berpindah tempat
Berpindah tempat dapat terjadi dari
kiri-kanan, depan-belakang, bawah-atas. Tentu, harus ada alasan yang
kuat mengapa harus berpindah
(4) Gerakan
Gerakan anggota tubuh: melambai,
,mengembangkan jari-jari, mengepal, menghentakkan kaki, atau gerakan
lain seturut dengan luapan emosi. Ada tiga kategori melakukan gerakan:
a) gerakan dilakukan bersamaan dengan pengucapan kata, b) gerakan
dilakukan sebelum kata diucapkan, c) gerakan dilakukan sesudah kata
diucapkan.
(5) Mimik
Perubahan wajah atau mimik mencerminkan
perkembangan emosi. Tanpa penghayatan dan penjiwaan tidak mungkinlah
timbul dorongan dari dalam atau perasaan-perasaan. Justru perasaan
inilah yang mendasari raut wajah.
4. Menciptakan Peran
Tentu saja untuk menciptakan peran,
pemain harus sadar bahwa ia sedang ”memerankan sebagai……..” Artinya,
seluruh sifat, watak, emosi, pemikiran yang dihadirkan adalah sifat,
watak, emosi, dan pemikiran ”tokoh yang diperankan”. Dengan demikian,
seorang pemain harus berkemampuan menciptakan peran dalam sebuah
pertunjukan.
Hal-hal berikut dapat membantu untuk menciptakan peran:
- kumpulkan tindakan-tindakan pokok yang harus dilakukan oleh pemeran dalam pementasan
- kumpulkan sifat-sifat tokoh, termasuk sifat yang paling menonjol
- carilah ucapan atau dialog tokoh yang memperkuat karakternya
- ciptakan gerakan mimik atau gesture yang mampu mengekspresikan watak tokoh
- ciptakan intonasi yang sesuai dengan karakter tokoh
- rancanglah garis permainan tokoh untuk mlihat perubahan dan perkembangan karakter tokoh
- ciptakan blocking dan internalisasi dalam diri sehingga yang berperilaku adalah tokoh yang diperankan.
Langganan:
Postingan (Atom)