A. PENGERTIAN
Drama berasal dari bahasa Yunani draomai,
yang berarti ‘berbuat’ , ‘bertindak’, atau ‘beraksi’. Drama merupakan
tiruan kehidupan yang manusia yang diproyeksikan di atas pentas. Drama
disebut juga sandiwara. Kata ini berasal dari bahasa Jawa, yaitu ‘sandi’ yang berarti ‘tersembunyi’ dan ‘warah’ yang berarti ‘ajaran’. Dengan demikian, sandiwara berarti ajaran yang tersembunyi dalam tingkah laku dan percakapan.
Drama dalam arti luas adalah suatu bentuk
kesenian yang mempertunjukkan sifat atau budi pekerti manusia dengan
gerak dan percakapan di atas pentas atau panggung. Drama merupakan
bentuk seni yang bertujuan menggambarkan kehidupan dengan menyampaikan
pertikaian dan emosi melalui lakuan dan dialog. Dengan melihat drama,
penonton seolah-olah melihat kehidupan dan kejadian dalam masyarakat.
Hal ini karena drama merupakan potret kehidupan manusia.
Drama mencakup 2 bidang seni, yaitu seni
sastra (untuk naskah drama) dan seni peran/pentas (pementasan). Sebuah
naskah drama akan menjadi lengkap/ utuh ketika dipentaskan.
B. UNSUR-UNSUR DRAMA
Drama memiliki unsur-unsur sebagai berikut.
1. tokoh dan penokohan
Tokoh memiliki posisi yang sangat penting
karena bertugas mengaktualisasikan cerita/ naskah drama di atas pentas.
Dalam cerita drama tokoh merupakan unsur yang paling aktif yang menjadi
penggerak cerita.oleh karena itu seorang tokoh haruslah memiliki
karakter, agar dapat berfungsi sebagai penggerak cerita yang baik.
Di samping itu dalam naskah akan ditentukan dimensi-dimensi sang tokoh. Biasanya ada 3 dimensi yang ditentukan yaitu:
Dimensi fisiologi (ciri-ciri badani) antara lain usia, jenis kelamin, keadaan tubuh, cirri-ciri muka,dll.
Dimensi sosiologi (latar belakang) kemasyarakatan misalnya status sosial, pendidikan, pekerjaan, peranan dalam masyarakat, kehidupan pribadi, pandangan hidup, agama, hobby, dan sebagainya.
Dimensi psikologis (latar belakang kejiwaan) misalnya temperamen, mentalitas, sifat, sikap dan kelakuan, tingkat kecerdasan, keahlian dalam bidang tertentu, kecakapan, dan lain sebagainya.
Apabila kita mengabaikan salah satu saja dari ketiga dimensi diatas, maka tokoh yang akan kita perankan akan menjadi tokoh yang kaku, timpang, bahkan cenderung menjadi tokoh yang mati.
Dimensi sosiologi (latar belakang) kemasyarakatan misalnya status sosial, pendidikan, pekerjaan, peranan dalam masyarakat, kehidupan pribadi, pandangan hidup, agama, hobby, dan sebagainya.
Dimensi psikologis (latar belakang kejiwaan) misalnya temperamen, mentalitas, sifat, sikap dan kelakuan, tingkat kecerdasan, keahlian dalam bidang tertentu, kecakapan, dan lain sebagainya.
Apabila kita mengabaikan salah satu saja dari ketiga dimensi diatas, maka tokoh yang akan kita perankan akan menjadi tokoh yang kaku, timpang, bahkan cenderung menjadi tokoh yang mati.
Berdasarkan perannya, tokoh terbagai atas tokoh utama dan tokoh pembantu. Tokoh utama adalah tokoh yang menjadi sentral cerita dalam pementasan drama sedangkan tokoh pembantu adalah tokoh yang dilibatkan atau dimunculkan untuk mendukung jalan cerita dan memiliki kaitan dengan tokoh utama.
Dari perkembangan sifat/perwatakannya, tokoh dan perannya dalam pementasan drama terdiri 4 jenis, yaitu tokoh berkembang, tokoh pembantu, tokoh statis dan tokoh serba bisa. Tokoh berkembang
adalah tokoh yang mengalami perkembangan selama pertunjukan. Misalnya,
tokoh yang awalnya seorang yang baik, namun pada akhirnya menjadi
seorang yang jahat. Tokoh pembantu adalah tokoh yang diperbantukan untuk menjelaskan tokoh lain. Tokoh pembantu merupakan minor character
yang berfungsi sebagai pembantu saja atau tokoh yang memerankan suatu
bagian penting dalam drama, namun fungsi utamanya tetap sebagai tokoh
pembantu. Tokoh statis adalah tokoh yang tidak
mengalami perubahan karakter dari awal hingga akhir dalam dalam suatu
drama. Misalnya, seorang tokoh yang berkarakter jahat dari awal drama
akan tetap bersifat jahat di akhir drama. Tokoh serba bisa
adalah tokoh yang dapat berperan sebagai tokoh lain (all round).
Misalnya, tokoh yang berperan sebagai seorang raja, namun ia juga
berperan sebagai seorang pengemis untuk mengetahui kehidupan rakyatnya.
2. alur (plot)
Alur adalah jalinan cerita. Secara garis besar, plot drama dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:
Pemaparan (eksposisi)
Bagian pertama dari suatu pementasan drama adalah pemaparan atau eksposisi. Pada bagian ini diceritakan mengenai tempat, waktu dan segala situasi dari para pelakunya. Kepada penonton disajikan sketsa cerita sehingga penonton dapat meraba dari mana cerita ini dimulai. Jadi eksposisi berfungsi sebagai pengantar cerita. Pada umumnya bagian ini disajikan dalam bentuk sinopsis.
Bagian pertama dari suatu pementasan drama adalah pemaparan atau eksposisi. Pada bagian ini diceritakan mengenai tempat, waktu dan segala situasi dari para pelakunya. Kepada penonton disajikan sketsa cerita sehingga penonton dapat meraba dari mana cerita ini dimulai. Jadi eksposisi berfungsi sebagai pengantar cerita. Pada umumnya bagian ini disajikan dalam bentuk sinopsis.
Komplikasi awal atau konflik awal
Kalau pada bagian pertama tadi situasi cerita masih dalam keadaan seimbang maka pada bagian ini mulai timbul suatu perselisihan atau komplikasi. Konflik merupakan kekuatan penggerak drama.
Kalau pada bagian pertama tadi situasi cerita masih dalam keadaan seimbang maka pada bagian ini mulai timbul suatu perselisihan atau komplikasi. Konflik merupakan kekuatan penggerak drama.
Klimaks dan krisis
Klimaks dibangun melewati krisis demi krisis. Krisis adalah puncak plot dalam adegan. Konflik adalah satu komplikasi yang bergerak dalam suatu klimaks.
Klimaks dibangun melewati krisis demi krisis. Krisis adalah puncak plot dalam adegan. Konflik adalah satu komplikasi yang bergerak dalam suatu klimaks.
Peleraian
Pada tahap ini mulai muncul peristiwa yang dapat memecahkan persoalan yang dihadapi.
Penyelesaian (denouement)
Drama terdiri dari sekian adegan yang di dalamnya terdapat krisis-krisis yang memunculkan beberapa klimaks. Satu klimaks terbesar di bagian akhir selanjutnya diikuti adegan penyelesaian.
Drama terdiri dari sekian adegan yang di dalamnya terdapat krisis-krisis yang memunculkan beberapa klimaks. Satu klimaks terbesar di bagian akhir selanjutnya diikuti adegan penyelesaian.
Alur cerita akan hidup jika terdapat
konflik. Konflik merupakan unsur yang memungkinkan para tokoh saling
berinteraksi. Konflik tidak selalu berupa pertengkaran, kericuhan, atau
permusuhan di antara para tokoh. Ketegangan batin antartokoh, perbedaan
pandangan, dan sikap antartokoh sudah merupakan konflik. Konflik dapat
membuat penonton tertarik untuk terus mengikuti atau menyaksikan
pementasan drama.
Bentuk konflik terdiri dari dua, yaitu konflik eksternal dan konflik internal. Konflik eksternal adalah konflik yang terjadi antara seorang tokoh dengan lingkungan alamnya (konflik fisik) atau dengan lingkungan manusia (konflik sosial). Konflik fisik
disebabkan oleh perbenturan antara tokoh dengan lingkungan alam.
Misalnya,seorang tokoh mengalami permasalahan ketika banjir melanda
desanya. Konflik sosial disebabkan oleh hubungan atau masalah
social antarmanusia. Misalnya, konflik terjadi antara buruh dan
pengusaha di suatu pabrik yang mengakibatkan demonstarasi buruh. Konflik Internal
adalah konflik yang terjadi dalam diri atau jiwa tokoh. Konflik ini
merupakan perbenturan atau permasalahan yang dialami seorang tokoh
dengan dirinya sendiri, misalnya masalah cita-cita, keinginan yang
terpendam, keputusan, kesepian, dan keyakinan.
Kedua jenis konflik diatas dapat
diwujudkan dengan bermacam peristiwa yang terjadi dalam suatu pementasan
drama. Konflik-konflik tersebut ada yang merupakan konflik utama dan
konflik-konflik pendukung. Konflik Utama (bias konflik eksternal,
konflik internal, atau kedua-duannya) merupakan sentral alur dari drama
yang dipentaskan, sedangkan konflik-konflik pendukung berfungsi utnuk
mempertegas keberadaan konflik utama.
3. dialog
Dialog berisikan kata-kata. Dalam drama
para tokoh harus berbicara dan apa yang diutarakan mesti sesuai dengan
perannya, dengan tingkat kecerdasannya, pendidikannya, dsb. Dialog
berfungsi untuk mengemukakan persoalan, menjelaskan perihal tokoh,
menggerakkan plot maju, dan membukakan fakta.
Jalan cerita drama diwujudkan melalui
dialog (dan gerak) yang dilakukan pemain. Dialog-dialog yang dilakukan
harus mendukung karakter tokoh yang diperankan dan dapat menunjukkan
alur lakon drama. Melalui dialog-dialog antarpemain inilah penonton
dapat mengikuti cerita drama yang disaksikan. Bahkan bukan hanya itu,
melalui dialog itu penonton dapat menangkap hal-hal yang tersirat di
balik dialog para pemain. Oleh karena itu, dialog harus benar-benar
dijiwai oleh pemain sehingga sanggup menggambarkan suasana. Dialog juga
harus berkembang mengikuti suasana konflik dalam tahap-tahap alur lakon
drama.
Dalam percakapan atau dialog haruslah memenuhi dua tuntutan
- dialog harus menunjang gerak laku tokohnya. Dialog haruslah dipergunakan untuk mencerminkan apa yang telah terjadi sebelum cerita itu, apa yang sedang terjadi di luar panggung selama cerita itu berlangsung; dan harus pula dapat mengungkapkan pikiran-pikiran serta perasaan-perasaan para tokoh yang turut berperan di atas pentas.
- Dialog yang diucapkan di atas pentas lebih tajam dan tertib daripada ujaran sehari-hari. Tidak ada kata yang harus terbuang begitu saja; para tokoh harus berbicara jelas dan tepat sasaran. Dialog itu disampaikan secara wajar dan alamiah.
latar atau setting adalah penempatan
ruang dan waktu, serta suasana cerita. Penataan latar akan menghidupkan
suasana. Penataan latar akan menghidupkan suasana, menguatkan karakter
tokoh, serta menjadikan pementasan drama semakin menarik. Oleh karena
itu, ketetapan pemilihan latar akan ikut menentukan kualitas pementasan
drama secara keseluruhan.
5. tema
Tema drama adalah
gagasan atau ide pokok yang melandasi suatu lakon drama. Tema drama
merujuk pada sesuatu yang menjadi pokok persoalan yang ingin diungkapkan
oleh penulis naskah. Tema itu bersifat umum dan terkait dengan
aspek-aspek kehidupan di sekitar kita.
Tema Utama adalah tema secara keseluruhan yang menjadi landasan dari lakon drama, sedangkan tema tambahan merupakan tema-tema lain yang terdapat dalam drama yang mendukung tema utama.
Bagaimana menemukan
tema dalam drama? Tema drama tidak disampaikan secara implisit. Setelah
menyaksikan seluruh adegan dan dialog antarpelaku dalam pementasan
drama, kamu akan dapat menemukan tema drama itu. Kamu harus
menyimpulkannya dari keseluruhan adegan dan dialog yang ditampilkan.
Maksudnya tema yang ditemukan tidak berdasarkan pada bagian-bagian
tertentu cerita.
Walaupun tema dalam drama itu cendrung
”abstrak”, kita dapat menunjukkan tema dengan menunjukkan bukti atau
alasan yang terdapat dalam cerita. Bukti-bukti itu dapat ditemukan
dalam narasi pengarang, dialog antarpelaku, atau adegan atau rangkaian
adegan yang saling terkait, yang semuannya didukung oleh unsur-unsur
drama yang lain, seperti latar, alur, dan pusat pengisahan.
6. pesan/amanat
Setiap karya sastra selalu disisipi pesan
atau amanat oleh penulisnya. Dengan demikian pula dengan drama. Hanya
saja, amanat dalam karya sastra tidak ditulis secara eksplisit, tetapi
secara implisit. Penonton menafsirkan pesan moral yang terkandung dalam
naskah yang dibaca atau drama yang ditontonnya.
7. interpretasi kehidupan
Maksudnya adalah pementasan drama itu
seolah-olah terjadi dengan sesungguhnya dalam kehidupan masyarakat
sehari-hari meskipun hanya merupakan tiruan kehidupan. Drama adalah
bagian dari suatu kehidupan yang digambarkan dalam bentuk pentas
Pementasan drama memilki unsur-unsur sebagai berikut.
1. cerita
Cerita dalam drama seringkali mengusung
masalah/persoalan kehidupan. Cerita dalam drama disusun dalam bentuk
dialog, yang disebut naskah drama atau skenario.
2. pelaku
Pelaku drama (pemain drama, aktor, atau
aktris) adalah pembawa cerita. Merekalah yang membawakan/menyampaikan
cerita kepada penonton. Dalam menyampaikan cerita kepada penonton,
pelaku memliki dua alat, yaitu dialog (ucapan) dan gerak (perbuatan)
3. sutradara
Sutradara bertugas menerjemahkan dan
mewujudkan isi cerita kepada penonton melalui ucapan dan perbuatan
(akting) para pelaku di panggung.
4. panggung
Panggung merupakan tempat pementasan atau tempat para pelaku mengekspresikan watak tokoh sesuai dengan isi cerita.
5. penonton
Penonton merupakan penikmat drama. Penonton berfungsi untuk mendukung kelangsungan hidup drama.
C. MENULIS NASKAH DRAMA
Drama adalah ragam sastra dalam bentuk
dialog yang dimaksudkan untuk dipertunjukkan di atas pentas. Salah satu
komponen yang diperlukan untuk mementaskan sebuah drama adalah naskah
drama. Naskah drama berisi cerita yang disusun dalam bentuk dialog.
Naskah drama biasanya mengandung beberapa unsur pokok, seperti pelaku
(tokoh), dialog (percakapan), dan keterangan (latar, kostum, aksesoris),
serta keterangan lakuan (akting).
Perhatikan contoh kutipan naskah drama berikut!
DAG DIG DUG
(Putu Wijaya)
BABAK I
Sebuah ruang besar yang kosong.
Meskipun di tengah-tengah ada sebuah meja marmar kecil tinggi diapit dua
kursi antik berkaki tinggi, berlengan membundar, berpantat lebar. Di
sini sepasang suami istri pensiunan yang hidup dari uang indekosan
menerima kabar seseorang telah meninggal di sana. Dalam surat dijelaskan
akan datang utusan yang akan menjelaskan hal tersebut lebih lanjut.
Pada hari yang dijanjikan keduanya menunggu.
Masih pagi.
Suami : Siapa?
Istri : Lupa lagi?
Suami : Tadi malam hapal. Siapa?
Istri : Ingat-ingat dulu!
Suami : Lupa, bagaimana ingat?
Istri : Coba, coba! Nanti diberi tahu lupa lagi. Jangan biasakan otak manja.
Suami : Cha….Chai….Chairul….Ka, Ka…ah sedikit lagi (berusaha mengingat-ingat)
Istri : (tak sabar) Kairul Umam!
Suami : Ah? Kairul Umam? Ka? Bukan Cha? Kok lain?
Istri : Kairul Umam! Kairul Umam! Kairul Umam! Ingat baik-baik!
Suami : Semalam laim.
Istri : Kok ngotot!
Suami : Semalam enak diucapkan, Cha, Cha….begitu. Sekarang kok, Ka, Ka…..siapa?
Istri : KAIRUL UMAM!
Suami : Kok Kairul, Cha!
Istri : Chairul Umam!
Suami : Semalam rasanya. Jangan-jangan keliru. Coba lihat suratnya lagi.
Istri : Kok ngotot. Ni lihat. (Menyerahkan surat)
Suami : (memasang kaca mata, – membaca sambil lalu)
….dengan ini kami kabarkan…ya, jangan terkejut….diluar dugaan,
barangkali….kami harap….dengan ini kami kabarkan….ya, jangan
terkejut…..diluar dugaan lho….dengan ini kami kabarkan….
Istri : (mengambil kaca dan mendekatkan mukanya) Ini apa!
Suami : O, ya! Chairul, Chairul….ini U atau N.
Istri : U!
Suami : Ini?
Istri : M!
Suami : Ini?
Istri : A. Ini M!
Suami : Seperti tulisan dokter.
Istri : Sekarang siapa yang betul?
Suami : Jadi betul Chairul Umam, bukan KHA – irul Umam!
Penjelasan:
- Paragraf awal menunjukkan keterangan latar (setting), petunjuk panggung, aksesoris, kostum, dan sebagainya. Kadang-kadang ditulis dengan huruf kapital.
- Tulisan (kata atau kalimat) yang dicetak miring dan terdapat dalam tanda kurung merupakan keterangan lakuan (akting) untuk diperagakan pelaku.
Ada beberapa unsur yang harus diperhatikan dalam menyusun naskah drama:
1. Babak
Babak merupakan bagian naskah yang
merangkum semua peristiwa yang terjadi dalam satu kesatuan waktu –
tempat – peristiwa. Setiap babak terbagi atas adegan-adegan. Babak
disusun berdasarkan pertimbangan pementasan, terutama menyangkut
latar/setting karena sebuah bagian dalam cerita drama dapat terjadi pada
waktu dan tempat yang berlainan dengan bagian lainnya. Melalui
pengalihan babak, penonton akan diberitahu bahwa bagian cerita yang
disaksikannya berada dalam waktu dan tempat yang berbeda dengan bagian
terdahulu. Babak ditandai dengan dekorasi tertentu.
2. Adegan
Adegan merupakan bagian dari babak yang
ditandai dengan pergantian formasi/posisi pemain di atas pentas.
Batasnya ditentukan oleh datang dan perginya seorang atau lebih tokoh di
atas pentas.
3. Dialog
Dialog yaitu percakapan antara tokoh satu dengan tokoh lainnya yang menjadi pusat tumpuan berbagai unsur struktur drama.
4. Petunjuk lakuan
Petunjuk lakuan berisi penjelasan kepada
pembaca dan awak pementasan (sutradara, pemeran, penata seni, dsb.)
mengenai keadaan, suasana, peristiwa, atau perbuatan tokoh, an
unsur-unsur cerita lainnya.
5. Prolog
Prolog adalah bagian naskah drama yang
ditempatkan pada bagian awal drama. Prolog berfungsi sebagai pengantar
yang mengungkap keterangan tentang cerita yang akan disajikan.
6. Epilog
Epilog adalah bagian akhir naskah drama
yang berisi kesimpulan pengarang mengenai cerita, nasihat, pesan moral
(etika). Epilog bukanlah unsur yang harus ada dalam naskah drama.
7. Tema
Tema merupakan ’sesuatu’ yang
disampaikan. ’Sesuatu’ yang ingin disampaikan pengarang itu terurai
dalam seluruh unsur drama. Tema menjiwai seluruh bagian drama: babak,
adegan, dialog, tokoh, bahasa. ’Sesuatu’ itu pula yang ingin disampaikan
pengarang kepada penikmat/penonton drama.
8. Penokohan
Sifat dan kedudukan tokoh dalam drama
bermacam-macam. Setiap tokoh menghadirkan karakter masing-masing. Watak
tokoh bukan saja merupakan pendorong terjadinya peristiwa. Oleh karena
itu, setiap tokoh mengemban tujuan yang penting dalam pengembangan alur
cerita.
9. Alur
Alur adalah rangkaian peristiwa yang
dihubungkan dengan hukum sebab akibat. Artinya, peristiwa-peristiwa
pertama menyebabkan peristiwa kedua, peristiwa kedua meyebabkan
peristiwa ketiga, dan seterusnya. Fungsi utama alur adalah mengungkap
gagasan, membimbing, dan mengarahkan perhatian.
10. Bahasa
Unsur yang tidak kalah pentingnya dalam
penulisan naskah drama adalah bahasa. Bahasa selalu menggerakkan tokoh
dan mencipta suasana. Melalui bahasa yang diucapkan tokoh-tokohnya, kita
dapat memahami waktu, tempat, keadaan, masalah. Melalui bahasa pula
kita mengenal latar belakang setiap tokoh yang dideskripsikannya.
11. Solilokui (monolog/senandika)
Solilokui adalah ungkapan pikiran seorang tokoh yang diungkapkan dalam bentuk percakapan pada diri sendiri.
12. Aside
Aside adalah bagian dari naskah drama
yang diucapkan seorang pemain kepada penonton dengan anggapan tokoh lain
tidak mendengarnya.
Untuk menyusun sebuah naskan drama dapat
digali dari pengalaman-pengalaman. Pengalaman tersebut dikisahkan
kembali dengan mengingat pokok-pokok peristiwa yang terjadi, masalah
yang dihadapi para tokoh, serta watak dan peran setiap tokoh dalam
peristiwa tersebut. Urutan peristiwa yang tersusun digunakan sebagai
kerangka penulisan naskah drama yang dijabarkan melalui dialog yang
diucapkan para tokoh.
Dalam menulis naskah drama harus
bersumber pada kehidupan dan watak manusia. Secara garis besar, untuk
menulis naskah drama dapat mengikuti langkah-langkah berikut.
- Menyusun cerita
- Menjabarkan cerita itu menjadi rentetan peristiwa/garis lakon/alur, yang tersusun menjadi eksposisi, komplikasi, klimaks, antiklimaks, dan resolusi.
- Rentetan peristiwa itu harus menonjol ke arah sebuah konflik sampai mencapai klimaks. Menulis drama tanpa mengandung konflik akan menjadi hambar dan monoton.
- Menentukan jenis-jenis karakter serta penerapannya lewat gerak dan dialog. Konflik sebagai jiwa sebuah drama, berkembang karena pertentangan karakter protagonis melawan antagonis.
- Menyusun naskah dalam bentuk dialog yang efektif. Dalam penyusunannya dapat didekati dari tiga hal, yaitu:
- segi teknis, yaitu setiap dialog di sampingnya diberi catatan yang jelas (keluar, masuk, musik, dan juga perlu diberi angka untuk mempermudah koreksi)
- segi estetis, yaitu dialognya harus indah, komunikatif, memikat, dan memperhatikan kontinuitas
- segi literer, yaitu dialognya dapat menggunakan bahasa konotasi
D. MEMERANKAN DRAMA
Memerankan drama berarti
mengaktualisasikan segala hal yagn terdapat di dalam naskah drama ke
dalam lakon drama di atas pentas. Aktivitas yang menonjol dalam
memerankan drama ialah dialog antartokoh, monolog, ekspresi mimik, gerak
anggota badan, dan perpindahanletak pemain.
Pada saat melakukan dialog ataupun
monolog, aspek-aspek suprasegmental (Lafal, intonasi, nada atau tekanan
dan mimik) mempunyai peranan sangat penting. Lafal yang jelas, intonasi
yang tepat, dan nada atau tekanan yang mendukung penyampaian isi/pesan
1. Membaca dan Memahami Teks Drama
Sebelum memerankan drama, kegiatan awal yang perlu kita lakukan ialah membaca dan memahami teks drama.Teks drama
adalah karangan atau tulisan yang berisi nama-nama tokoh, dialog yang
diucapkan, latar panggung yang dibutuhkan, dan pelengkap lainnya
(Kontum, lighting, dan musik pengiring). Dalam teks dram, yang
diutamakan ialah tingkah laku (acting) dan dialog (percakapan
antartokoh) sehingga penonton memahami isi cerita yang dipentaskan
secara keseluruhan. Oleh karena itu, kegiatan membaca teks drama
dilakukan sampai dikuasainya naskah drama yang akan diperankan.
Dalam teks drama yang perlu kamu pahami
ialah pesan-pesan dan nilai-nilai yang dibawakan oleh pemain. Dalam
membawakan pesan dan nilai-nilai itu, pemain akan terlibat dalam konflik
atau pertentangan. Jadi, yang perlu kamu baca dan pahami ialah
rangkaian peristiwa yang membangun cerita dan konflik-konflik yang
menyertainya.
2. Menghayati Watak Tokoh yang akan Diperankan
Sebelum memerankan sebuah drama, kita
perlu menghayati watak tokoh. Apa yang perlu kita lakukan untuk
menghayati tokoh? Watak tokoh dapat diidentifikasi melaui (1) narasi
pengarang, (2) dialog-dialog dalam teks drama, (3) komentar atau ucapan
tokoh lain terhadap tokoh tertentu, dan (4) latar yang mengungkapkan
watak tokoh.
Melalui menghayati yang sungguh-sungguh,
kamu dapat memerankan tokoh tertentu dengan baik. Watak seorang tokoh
dapat diekspresikan melalui cara sang tokoh memikirkan dan merasakan,
bertutur kata, dan bertingkah laku, seperti dalam kehidupan sehari-hari
di masyarakat. Artinya, watak seorang tokoh bisa dihayati mulai dari
cara sang tokoh memikirkan dan merasakan sesuatu, cara tokoh bertutur
kata dengan tokoh lainnya, dan cara tokoh bertingkah laku.
Hal yang paling penting dalam memerankan drama adalah dialog. Oleh karena itu, seorang pemain harus mampu:
1. Mengucapkan dialog dengan lafal yang jelas.
Seorang pemain dikatakan mampu bertutur
dengan jelas apabila setiap suku kata yang diucapkannya dapat terdengar
jelas oleh penonton sampai deretan paling belakang. Selain jelas, pemain
harus mampu mengucapkan dialog secara wajar. Perasaan dari
masing-masing pemain pun harus bisa ditangkap oleh penonton.
2. Membaca dialog dengan memperhatikan kecukupan volume suara.
Seorang pemain harus bisa menghasilkan
suara yang cukup keras. Ketika membaca dialog, suara pemain harus bisa
memenuhi ruangan yang dipakai untuk pementasan. Suara pemain tidak hanya
bisa didengar ketika panggung dalam keadaan sepi, juga ketika ada
penonton yang berisik.
3. Membaca dialog dengan tekanan yang tepat.
Kalimat mengandung pikiran dan perasaan.
Kedua hal ini dapat ditangkap oleh orang lain bila pembicara (pemain)
menggunakan tekanan secara benar. Tekanan dapat menunjukkan
bagian-bagian kalimat yang ingin ditonjolkan.
Ada 3 macam tekanan yang biasa digunakan dalam melisankan naskan drama:
- tekanan dinamik
yaitu tekanan yang diberikan terhadap
kata atau kelompok kata tertentu dalam kalimat, sehingga kata atau
kelompok kata tersebut terdengar lebih menonjol dari kata-kata yang
lain. Misalnya, ”Engkau boleh pergi. Tapi, tanggalkan bajumu sebagai jaminan!” (kata yang dicetak miring menunjukkan penekanan dalam ucapan).
2. tekanan tempo
yaitu tekanan pada kata atau kelompok
kata tertentu dengan jalan memperlambat pengucapannya. Kata yang
mendapat tekanan tempo diucapkan seperti mengeja suku katanya. Misalnya,
”Engkau boleh pergi. Tapi, tang-gal-kan ba-ju-mu sebagai
jaminan!” Pengucapan kelompok kata dengan cara memperlambat seperti itu
merupakan salah satu cara menarik perhatian untuk menonjolkan bagian
yang dimaksud.
3. tekanan nada
yaitu nada lagu yang diucapkan secara
berbeda-beda untuk menunjukkan perbedaan keseriusan orang yang
mengucapkannya. Misalnya, ”Engkau boleh pergi. Tapi, tanggalkan bajumu
sebagai jaminan!” bisa diucapkan dengan tekanan nada yang menunjukkan
”keseriusan” atau ”ancaman” jika diucapkan secara tegas mantap. Akan
tetapi, kalimat tersebut bisa juga diucapkan dengan nada bergurau jika
pengucapannya disertai dengan senyum dengan nada yang ramah.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyampaikan dialog drama adalah:
- penggunaan bahasa, baik secara pelafalan maupun intonasi, harus relevan. Logat yang diucapkan hendaknya disesuaikan dengan asal suku atau daerah, usia, atau status sosial tokoh yang diperankan.
- Ekspresi tubuh dan mimik muka harus disesuaikan dengan dialog. Bila dialog menyatakan kemarahan, maka ekspresi tubuh dan mimik pun harus menunjukkan rasa marah.
- Untuk lebih menghidupkan suasana dan menjadikan dialog lebih wajar dan alamiah, para pemain dapat melakukan improvisasi di luar naskah.
Memahami Teknik Bermain Drama
Teknik bermain (akting) merupakan unsur
penting dalam seni peran. Berikut ini hal-hal yang sangat mendasar
berkaitan dengan teknik bermain drama.
1. Teknik Muncul
Teknik muncul adalah cara seorang pemain
tampil pertama kali ke pentas yaitu saat masuk ke panggung telah ada
tokoh lain, atau ia masuk bersama tokoh lain. Tentu, setelah muncul,
pemain harus menyesuaikan diri dengan suasana perasaan adegan yang sudah
tercipta di atas pentas. Kehadiran seorang tokoh harus mendukung
perkembangan alur, suasana, dan perwatakan yang sudah tercipta atau
dibangun.
2. Teknik Memberi Isi
Kalimat ”Engkau harus pergi!”
mempunyai banyak nuansa. Ucapan tulus mengungkap keikhlasan atau
simpati, sedangkan ucapan kejengkelan atau kemarahan tentu bernada lain.
Nuansa tercipta melalui tekanan ucapan yang telah dijelaskan di muka
(tekanan dinamik, tekanan nada, dan tekanan tempo).
3. Teknik Pengembangan
Teknik pengembangan berkait dengan daya
kreativitas pemeran, sutradara, dan bagian estetis. Dengan pengembangan,
sebuah naskah akan menjadi tontonan memikat. Bagi pemain, pengembangan
dapat ditempuh dengan beberapa cara, diantaranya:
- Pengucapan
Pengembangan pengucapan dapat ditempuh
dengan menaikkan – menurunkan volume dan nada. Dengan demikian setiap
kata, frase, atau kalimat dalam dialog diucapkan dengan penuh kesadaran.
Artinya, setiap pemain sadar kapan harus mengucap dengan
keras-cepat-tinggi atau lembut-lambat-rendah.
- Gesture
Pengembangan gesture dapat dicapai dengan
lima cara. Setiap cara, tentu saja, tidak dapat dipisah-pisahkan sebab
saling melengkapi dan menyempurnakan.
(1) Menaikkan posisi tubuh
Menaikkan posisi tubuh berarti ada
gerakan baik dari menunduk-menengadah, tangan terkulai menjadi teracung,
berbaring-duduk-berdiri, atau berdiri di lantai-kursi-meja.
(2) Berpaling
Berpaling mempunyai arti yang spesifik
dalam pengembangan dialog: tubuh atau kepala. Perhatikan dialog berikut
ini dan tentukan pada bagian mana kita harus berpaling.
”Aku iri denganmu. Kadang-kadang aku
berpikir untuk keluar saja, lalu buka bengkel juga. Tidak ada hierarki.
Tidak ada rapat-rapat panjang.”
(3) Berpindah tempat
Berpindah tempat dapat terjadi dari
kiri-kanan, depan-belakang, bawah-atas. Tentu, harus ada alasan yang
kuat mengapa harus berpindah
(4) Gerakan
Gerakan anggota tubuh: melambai,
,mengembangkan jari-jari, mengepal, menghentakkan kaki, atau gerakan
lain seturut dengan luapan emosi. Ada tiga kategori melakukan gerakan:
a) gerakan dilakukan bersamaan dengan pengucapan kata, b) gerakan
dilakukan sebelum kata diucapkan, c) gerakan dilakukan sesudah kata
diucapkan.
(5) Mimik
Perubahan wajah atau mimik mencerminkan
perkembangan emosi. Tanpa penghayatan dan penjiwaan tidak mungkinlah
timbul dorongan dari dalam atau perasaan-perasaan. Justru perasaan
inilah yang mendasari raut wajah.
4. Menciptakan Peran
Tentu saja untuk menciptakan peran,
pemain harus sadar bahwa ia sedang ”memerankan sebagai……..” Artinya,
seluruh sifat, watak, emosi, pemikiran yang dihadirkan adalah sifat,
watak, emosi, dan pemikiran ”tokoh yang diperankan”. Dengan demikian,
seorang pemain harus berkemampuan menciptakan peran dalam sebuah
pertunjukan.
Hal-hal berikut dapat membantu untuk menciptakan peran:
- kumpulkan tindakan-tindakan pokok yang harus dilakukan oleh pemeran dalam pementasan
- kumpulkan sifat-sifat tokoh, termasuk sifat yang paling menonjol
- carilah ucapan atau dialog tokoh yang memperkuat karakternya
- ciptakan gerakan mimik atau gesture yang mampu mengekspresikan watak tokoh
- ciptakan intonasi yang sesuai dengan karakter tokoh
- rancanglah garis permainan tokoh untuk mlihat perubahan dan perkembangan karakter tokoh
- ciptakan blocking dan internalisasi dalam diri sehingga yang berperilaku adalah tokoh yang diperankan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar