Aku datang bersama hujan
namun engkau seperti daun keladi
hingga aku terjatuh
saat aku menyentuhmu
Aku menyapamu bersama mentari
namun engkau seperti teratai
yang menutup kelopaknya
disaat senja
Aku menatapmu bersama bintang
namun redup karena begitu jauh
hingga engkau lebih suka
memandang bulan
Aku bersatu di dalam embun
menjelajahi malam sepi
menuruni jurang kepedihan
yang dasarnya mengungkap
rahasia kediamanmu
...
Blog ini berisi tentang teori-teori yang mendukung mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
Selasa, 13 November 2012
Puisi W.S. Rendra
Surat Cinta
Kutulis surat ini
kala hujan gerimis
bagai bunyi tambur mainan
anak-anak peri dunia yang gaib.
Dan angin mendesah
mengeluh dan mendesah
Wahai, Dik Narti,
aku cinta kepadamu!
Kutulis surat ini
kala langit menangis
dan dua ekor belibis
bercintaan dalam kolam
bagai dua anak nakal
jenaka dan manis
mengibaskan ekor
serta menggetarkan bulu-bulunya.
Wahai, Dik Narti,
kupinang kau menjadi istriku!
Kaki-kaki hujan yang runcing
menyentuhkan ujungnya di bumi.
Kaki-kaki cinta yang tegas
bagai logam berat gemerlapan
menempuh ke muka
dan tak’kan kunjung diundurkan.
Selusin malaikat
telah turun
di kala hujan gerimis.
Di muka kaca jendela
mereka berkaca dan mencuci rambutnya
untuk ke pesta.
Wahai, Dik Narti,
dengan pakaian pengantin yang anggun
bung-bunga serta keris keramat
aku ingin membimbingmu ke altar
untuk dikawinkan.
Aku melamarmu.
Kau tahu dari dulu:
“Empat Kumpulan Sajak” W. S. Rendra (1961) 7
tiada lebih buruk
dan tiada lebih baik
daripada yang lain….
penyair dari kehidupan sehari-hari,
orang yang bermula dari kata
kata yang bermula dari
kehidupan, pikir dan rasa.
Semangat kehidupan yang kuat
bagai berjuta-juta jarum alit
menusuki kulit langit:
kantong rejeki dan restu wingit.
Lalu tumpahlah gerimis.
Angin dan cinta
mendesah dalam gerimis.
Semangat cintaku yang kuat
bagai seribu tangan gaib
menyebarkan seribu jarring
menyergap hatimu
yang selalu tersenyum padaku.
Engkau adalah putri duyung
tawananku.
Putri duyung dengan suara merdu lembut
bagai angin laut,
mendesahlah bagiku!
Angin mendesah
selalu mendesah
dengan ratapnya yang merdu.
Engkau adalah putri duyung
tergolek lemas
mengejap-ngejapkan matanya yang indah
dalam jaringku.
Wahai, Putri Duyung,
aku menjaringmu
aku melamarmu
Kutulis surat ini
kala hujan gerimis
karena langit
gadis manja dan manis
menangis minta mainan.
Dua anak lelaki nakal bersenda gurau dalam selokan
dan langit iri melihatnya.
Wahai, Dik Narti,
kuingin dikau
menjadi ibu anak-anakku!
“Empat Kumpulan Sajak” W. S. Rendra (1961) 8
Kutulis surat ini
kala hujan gerimis
bagai bunyi tambur mainan
anak-anak peri dunia yang gaib.
Dan angin mendesah
mengeluh dan mendesah
Wahai, Dik Narti,
aku cinta kepadamu!
Kutulis surat ini
kala langit menangis
dan dua ekor belibis
bercintaan dalam kolam
bagai dua anak nakal
jenaka dan manis
mengibaskan ekor
serta menggetarkan bulu-bulunya.
Wahai, Dik Narti,
kupinang kau menjadi istriku!
Kaki-kaki hujan yang runcing
menyentuhkan ujungnya di bumi.
Kaki-kaki cinta yang tegas
bagai logam berat gemerlapan
menempuh ke muka
dan tak’kan kunjung diundurkan.
Selusin malaikat
telah turun
di kala hujan gerimis.
Di muka kaca jendela
mereka berkaca dan mencuci rambutnya
untuk ke pesta.
Wahai, Dik Narti,
dengan pakaian pengantin yang anggun
bung-bunga serta keris keramat
aku ingin membimbingmu ke altar
untuk dikawinkan.
Aku melamarmu.
Kau tahu dari dulu:
“Empat Kumpulan Sajak” W. S. Rendra (1961) 7
tiada lebih buruk
dan tiada lebih baik
daripada yang lain….
penyair dari kehidupan sehari-hari,
orang yang bermula dari kata
kata yang bermula dari
kehidupan, pikir dan rasa.
Semangat kehidupan yang kuat
bagai berjuta-juta jarum alit
menusuki kulit langit:
kantong rejeki dan restu wingit.
Lalu tumpahlah gerimis.
Angin dan cinta
mendesah dalam gerimis.
Semangat cintaku yang kuat
bagai seribu tangan gaib
menyebarkan seribu jarring
menyergap hatimu
yang selalu tersenyum padaku.
Engkau adalah putri duyung
tawananku.
Putri duyung dengan suara merdu lembut
bagai angin laut,
mendesahlah bagiku!
Angin mendesah
selalu mendesah
dengan ratapnya yang merdu.
Engkau adalah putri duyung
tergolek lemas
mengejap-ngejapkan matanya yang indah
dalam jaringku.
Wahai, Putri Duyung,
aku menjaringmu
aku melamarmu
Kutulis surat ini
kala hujan gerimis
karena langit
gadis manja dan manis
menangis minta mainan.
Dua anak lelaki nakal bersenda gurau dalam selokan
dan langit iri melihatnya.
Wahai, Dik Narti,
kuingin dikau
menjadi ibu anak-anakku!
“Empat Kumpulan Sajak” W. S. Rendra (1961) 8
CARA MEMBUAT MADING 2D
Pertama, Karakteristik Mading
Majalah dinding, baik itu yang
dikelola oleh sekolah maupun lembaga lain rata-rata memiliki karakter yang amat
sederhana. Dikatakan sederhana, karena bentuk penampilannya lembaran, tidak
berbentuk buku/majalah sebagaimana yang biasa kita kenal. Mading memiliki
karakter mudah dibaca sambil berdiri. Untuk membaca majalah ini juga tidak
dibutuhkan waktu terlalu lama. Mading bisa dibaca sepintas. Bisa dibaca dengan
jarak lebih min 35 cm dari mata kita. Mading merupakan majalah berbentuk hiasan
– tulisan dan gambar- yang dipajang di dinding, yang tidak memiliki banyak
kolom atau ruangan.
Kedua, Kolom atau Ruang pada Mading
Kedua, Kolom atau Ruang pada Mading
Dengan kesederhanaannya, agar tetap
menarik perhatian pembaca, mading dihadirkan dengan bentuk kolom-kolom
tertentu. Misal; perwajahan mading (cover), ditampilkan dengan nama yang cukup
memikat. Nama ditulis dengan bentuk huruf yang mudah dibaca. Usahakan cover
majalah ditulis pada warna dasar yang menarik, sehingga baru saja melirik nama
madingnya saja, pembaca sudah merasa terpikat untuk terus menikmati
tulisan-tulisan yang disuguhkan sampai selesai.
Ketiga, Sumber Tulisan
Agar kehadirannya bisa memikat
pembaca, terutama anak-anak yang cinta membaca, majalah dinding harus diisi
dengan tulisan-tulisan segar. Tulisan hangat yang tengah menjadi perbincangan
banyak orang. Jangan menghadirkan berita atau tulisan yang sudah biasa didengar
banyak pembaca! Ini jika mading kita ingin dikatakan greeess! Untuk bisa
mengisi semua ruang yang ada di mading, hendaknya kolom demi kolom harus diisi
dengan tulisan-tulisan tertentu. Pengatar redaksi, diisi oleh pengelola
majalah, biasanya guru pembimbing. Kolom berita, bisa diisi oleh guru atau
anak-anak (wartawan sekolah) dengan liputan berita kegiatan di sekolahnya.
Kolom cerpen, diisi oleh anak-anak yang suka pada tulisan tersebut. Demikian
pula dengan kolom puisi dan kolom-kolom yang lain. Mengingat majalah dinding
sebagai media latihan menulis bagi anak-anak, maka usahakan semua tulisan
bersumber dari hasil karya tulis anak sendiri. Bukan jiplakan atau guntingan
dari majalah atau koran sungguhan.
Keempat, Kepala Berita
Setelah semua kolom yang tersedia di
majalah dinding terisi tulisan, sebagai guru pembimbing kita haruslah bisa
segera menentukan judul berita (head line) yang menarik. Kita tentukan judul
tulisan yang mudah dipahami oleh anak-anak. Judul berita sebisa mungkin
merupakan rangkuman dari tulisan yang ada pada majalah dinding yang kali itu
ditampilkan. Dengan demikian, setiap kali mading tampil, judul berita pun
berbeda-beda.
Kelima, Perwajahan
Perwajahan disebut juga tataletak atau lay out.
Agar penampilan mading yang kita suguhkan kepada pembaca selalu tampak menarik,
tentu saja perlu kita poles dengan wajah yang cantik. Kita tata kolom demi
kolom sedemikian rupa, agar menghasilkan tataletak yang cukup memikat. Dengan
wajah dan tatanan yang cantik ini diharapkan anak-anak tidak cepat merasa bosan
untuk terus membacanya
Minggu, 11 November 2012
Sejarah Bahasa Indonesia
Bahasa
Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa persatuan
bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia diresmikan penggunaannya setelah
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tepatnya sehari sesudahnya, bersamaan
dengan mulai berlakunya konstitusi. Di Timor Leste, bahasa Indonesia
adalah bahasa kerja (working language).
Dari sudut pandang linguistika, bahasa Indonesia adalah suatu varian bahasa Melayu. Dasar yang dipakai adalah bahasa Melayu Riau dari abad ke-19, namun mengalami perkembangan akibat penggunaanya sebagai bahasa kerja dan proses pembakuan di awal abad ke-20. Hingga saat ini, bahasa Indonesia merupakan bahasa yang hidup, yang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan, maupun penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing.
Meskipun saat ini dipahami oleh lebih dari 90% warga Indonesia, bahasa Indonesia tidak menduduki posisi sebagai bahasa ibu bagi mayoritas penduduknya. Sebagian besar warga Indonesia berbahasa daerah sebagai bahasa ibu. Penutur bahasa Indonesia kerap kali menggunakan versi sehari-hari (kolokial) dan/atau mencampuradukkan dengan dialek Melayu lainnya atau bahasa ibunya. Namun demikian, bahasa Indonesia digunakan sangat luas di perguruan-perguruan, di surat kabar, media elektronika, perangkat lunak, surat-menyurat resmi, dan berbagai forum publik lainnya sehingga dapatlah dikatakan bahwa bahasa Indonesia digunakan oleh semua warga Indonesia.
Fonologi dan tata bahasa bahasa Indonesia dianggap relatif mudah. Dasar-dasar yang penting untuk komunikasi dasar dapat dipelajari hanya dalam kurun waktu beberapa minggu.
Bahasa Indonesia adalah varian bahasa Melayu, sebuah bahasa Austronesia yang digunakan sebagai lingua franca di Nusantara kemungkinan sejak abad-abad awal penanggalan modern.
Kerajaan Sriwijaya (dari abad ke-7 Masehi) memakai bahasa Melayu (sebagai bahasa Melayu Kuno) sebagai bahasa kenegaraan. Hal ini diketahui dari empat prasasti berusia berdekatan yang ditemukan di Sumatera bagian selatan peninggalan kerajaan itu. Pada saat itu bahasa Melayu yang digunakan bertaburan kata-kata pinjaman dari bahasa Sanskerta. Sebagai penguasa perdagangan di kepulauan ini (Nusantara), para pedagangnya membuat orang-orang yang berniaga terpaksa menggunakan bahasa Melayu, walaupun secara kurang sempurna. Hal ini melahirkan berbagai varian lokal dan temporal, yang secara umum dinamakan bahasa Melayu Pasar oleh para peneliti. Penemuan prasasti berbahasa Melayu Kuno di Jawa Tengah (berangka tahun abad ke-9) dan di dekat Bogor (Prasasti Bogor) dari abad ke-10 menunjukkan adanya penyebaran penggunaan bahasa ini di Pulau Jawa. Keping Tembaga Laguna yang ditemukan di dekat Manila, Pulau Luzon, berangka tahun 900 Masehi juga menunjukkan keterkaitan wilayah itu dengan Sriwijaya.
Kajian linguistik terhadap sejumlah teks menunjukkan bahwa paling sedikit terdapat dua dialek bahasa Melayu Kuno yang digunakan pada masa yang berdekatan. Sayang sekali, bahasa Melayu Kuna tidak meninggalkan catatan dalam bentuk kesusasteraan meskipun laporan-laporan dari Tiongkok menyatakan bahwa Sriwijaya memiliki perguruan agama Buddha yang bermutu.
Pada abad ke-15 berkembang bentuk yang dianggap sebagai bentuk resmi bahasa Melayu karena dipakai oleh Kesultanan Malaka, yang kelak disebut sebagai bahasa Melayu Tinggi. Penggunaannya terbatas di kalangan keluarga kerajaan di sekitar Sumatera, Jawa, dan Semenanjung Malaya. Alfred Russel Wallace menuliskan di Malay Archipelago bahwa "penghuni Malaka telah memiliki suatu bahasa tersendiri yang bersumber dari cara berbicara yang paling elegan dari negara-negara lain, sehingga bahasa orang Melayu adalah yang paling indah, tepat, dan dipuji di seluruh dunia Timur. Bahasa mereka adalah bahasa yang digunakan di seluruh Hindia Belanda." Selanjutnya, Jan Huyghen van Linschoten, di dalam buku Itinerario ("Perjalanan") karyanya, menuliskan bahwa "Malaka adalah tempat berkumpulnya nelayan dari berbagai negara. Mereka lalu membuat sebuah kota dan mengembangkan bahasa mereka sendiri, dengan mengambil kata-kata yang terbaik dari segala bahasa di sekitar mereka. Kota Malaka, karena posisinya yang menguntungkan, menjadi bandar yang utama di kawasan tenggara Asia, bahasanya yang disebut dengan Melayu menjadi bahasa yang paling sopan dan paling pas di antara bahasa-bahasa di Timur Jauh."
Kongres Bahasa Indonesia pertama telah menetapkan bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu Riau, begitu pula dengan negara serumpun lain seperti Malaysia mengakui bahwa bahasa Melayu standar adalah bahasa Melayu Riau-Johor.
Dari sudut pandang linguistika, bahasa Indonesia adalah suatu varian bahasa Melayu. Dasar yang dipakai adalah bahasa Melayu Riau dari abad ke-19, namun mengalami perkembangan akibat penggunaanya sebagai bahasa kerja dan proses pembakuan di awal abad ke-20. Hingga saat ini, bahasa Indonesia merupakan bahasa yang hidup, yang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan, maupun penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing.
Meskipun saat ini dipahami oleh lebih dari 90% warga Indonesia, bahasa Indonesia tidak menduduki posisi sebagai bahasa ibu bagi mayoritas penduduknya. Sebagian besar warga Indonesia berbahasa daerah sebagai bahasa ibu. Penutur bahasa Indonesia kerap kali menggunakan versi sehari-hari (kolokial) dan/atau mencampuradukkan dengan dialek Melayu lainnya atau bahasa ibunya. Namun demikian, bahasa Indonesia digunakan sangat luas di perguruan-perguruan, di surat kabar, media elektronika, perangkat lunak, surat-menyurat resmi, dan berbagai forum publik lainnya sehingga dapatlah dikatakan bahwa bahasa Indonesia digunakan oleh semua warga Indonesia.
Fonologi dan tata bahasa bahasa Indonesia dianggap relatif mudah. Dasar-dasar yang penting untuk komunikasi dasar dapat dipelajari hanya dalam kurun waktu beberapa minggu.
Bahasa Indonesia adalah varian bahasa Melayu, sebuah bahasa Austronesia yang digunakan sebagai lingua franca di Nusantara kemungkinan sejak abad-abad awal penanggalan modern.
Kerajaan Sriwijaya (dari abad ke-7 Masehi) memakai bahasa Melayu (sebagai bahasa Melayu Kuno) sebagai bahasa kenegaraan. Hal ini diketahui dari empat prasasti berusia berdekatan yang ditemukan di Sumatera bagian selatan peninggalan kerajaan itu. Pada saat itu bahasa Melayu yang digunakan bertaburan kata-kata pinjaman dari bahasa Sanskerta. Sebagai penguasa perdagangan di kepulauan ini (Nusantara), para pedagangnya membuat orang-orang yang berniaga terpaksa menggunakan bahasa Melayu, walaupun secara kurang sempurna. Hal ini melahirkan berbagai varian lokal dan temporal, yang secara umum dinamakan bahasa Melayu Pasar oleh para peneliti. Penemuan prasasti berbahasa Melayu Kuno di Jawa Tengah (berangka tahun abad ke-9) dan di dekat Bogor (Prasasti Bogor) dari abad ke-10 menunjukkan adanya penyebaran penggunaan bahasa ini di Pulau Jawa. Keping Tembaga Laguna yang ditemukan di dekat Manila, Pulau Luzon, berangka tahun 900 Masehi juga menunjukkan keterkaitan wilayah itu dengan Sriwijaya.
Kajian linguistik terhadap sejumlah teks menunjukkan bahwa paling sedikit terdapat dua dialek bahasa Melayu Kuno yang digunakan pada masa yang berdekatan. Sayang sekali, bahasa Melayu Kuna tidak meninggalkan catatan dalam bentuk kesusasteraan meskipun laporan-laporan dari Tiongkok menyatakan bahwa Sriwijaya memiliki perguruan agama Buddha yang bermutu.
Pada abad ke-15 berkembang bentuk yang dianggap sebagai bentuk resmi bahasa Melayu karena dipakai oleh Kesultanan Malaka, yang kelak disebut sebagai bahasa Melayu Tinggi. Penggunaannya terbatas di kalangan keluarga kerajaan di sekitar Sumatera, Jawa, dan Semenanjung Malaya. Alfred Russel Wallace menuliskan di Malay Archipelago bahwa "penghuni Malaka telah memiliki suatu bahasa tersendiri yang bersumber dari cara berbicara yang paling elegan dari negara-negara lain, sehingga bahasa orang Melayu adalah yang paling indah, tepat, dan dipuji di seluruh dunia Timur. Bahasa mereka adalah bahasa yang digunakan di seluruh Hindia Belanda." Selanjutnya, Jan Huyghen van Linschoten, di dalam buku Itinerario ("Perjalanan") karyanya, menuliskan bahwa "Malaka adalah tempat berkumpulnya nelayan dari berbagai negara. Mereka lalu membuat sebuah kota dan mengembangkan bahasa mereka sendiri, dengan mengambil kata-kata yang terbaik dari segala bahasa di sekitar mereka. Kota Malaka, karena posisinya yang menguntungkan, menjadi bandar yang utama di kawasan tenggara Asia, bahasanya yang disebut dengan Melayu menjadi bahasa yang paling sopan dan paling pas di antara bahasa-bahasa di Timur Jauh."
Kongres Bahasa Indonesia pertama telah menetapkan bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu Riau, begitu pula dengan negara serumpun lain seperti Malaysia mengakui bahwa bahasa Melayu standar adalah bahasa Melayu Riau-Johor.
Wawancara
1. Definisi wawancara
Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan bahan berita (data
atau fakta). Pelaksanaan wawancara dapat dilakukan secara langsung (face
to face) dengan orang yang diwawancarai atau secara tidak langsung
(telepon, internet, atau surat). Tujuan dari wawancara adalah menggali
informasi, komentar, opini, fakta, atau data tentang suatu masalah atau
peristiwa dengan mengajukan pertanyaan kepada narasumber. Narasumber
adalah orang yang mempunyai potensi memberi informasi.
2. Jenis-jenis wawancara:
a. Wawancara berita
Adalah wawancara yang dilakukan untuk
memperoleh keterangan, konfirmasi, atau pandangan interviewee tentang
suatu masalah atau peristiwa.
b. Wawancara pribadi
Wawancara untuk memperoleh data tentang diri pribadi dan pemikiran interviewee.
c. Wawancara eksklusif
Wawancara yang dilakukan seorang wartawan
atau lebih (tetapi berasal dari satu media) secara khusus dengan
interviewee, berkaitan dengan masalah tertentu di tempat yang telah
disepakati bersama oleh pewawancara dan interviewee.
d. Wawancara sambil lalu
Wawancara yang dilakukan tidak secara
khusus, berlangsung secara kebetulan, tidak ada perjanjian atau
kesepakatan terlebih dahulu dengan interviewee.
e. Wawancara keliling atau jalanan
Wawancara yang dilakukan seorang wartawan
dengan menghubungi berbagai interviewee secara terpisah, yang satu sama
lain mempunyai kaitan dengan masalah atau berita yang akan ditulis.
3. Etiket wawancara
Ketika tiba waktunya untuk mengadakan wawancara wartawan perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Menjaga suasana untuk menciptakan suasana yang baik
Memang memerlukan waktu lebih, oleh karena
itu sebelum memasuki materi yang akan kita percakapkan, terlebih dahulu
kita membicarakan hal-hal lain yang menjadi perhatian yang kita hadapi.
Misalnya kita mewawancarai tokoh politik, kita mengetahui bahwa tokoh
tersebut penggemar burung nuri, maka kita dapat membicarakan terlebih
dahulu tentang seluk beluk burung nuri. Hal yang perlu diperhatikan
dalam menjaga suasana jangan membuat orang yang kita wawancarai itu
marah atau tersinggung. Sehingga percakapan langsung diputuskan dan
jangan marah-marah atau memojokan orang yang kita wawancarai.
b. Bersikap wajar
Jika hendak mewawancarai orang yang lebih
pintar dari kita, kita harus bisa membawa diri agar tidak direndahkan.
Sebaliknya apabila kita hadapi orang bodoh, kita harus mengarahkannya
tanpa harus mengguruinya, dengan demikian orang tersebut dapat
mengetahui persoalan yang akan kita gali.
c. Memelihara situasi
Jangan sampai kita memasukan situasi
diskusi yang berkepanjangan atau bertindak berlebihan sampai menjurus ke
arah introgasi, apalagi menghakimi.
d. Tangkas dalam menarik kesimpulan
Dengan kesimpulan tepat kita dapat
melanjutkan wawancara dengan tepat, kesalahan yang sering dilakukan
wartawan adalah pada saat mengambil kesimpulan yang kurang tepat,
sehingga orang yang diwawancarai harus mengulangi dari awal
bagian-bagian percakapan yang penting.
e. Menjaga pokok persoalan
Maksudnya jangan lari dari pokok persoalan
yang dibicarakan, untuk itu kita harus waspada dan terus-menerus
menjaga pokok persoalan yang dibicarakan. Misalnya: kita ingin mendapat
gambaran tentang gajah, orang yang kita wawancarai mula-mula bercerita
tentang gajah, tetapi ketika ditengah-tengah pembicaraan ia mulai
membelokan masalah dengan pembicaraan ular. Begini dik, gajah itu
binatang buas yang berdaban besar. Hidupnya di hutan pulau Sumatera,
kakinya besar dan puya hidung yang panjang yang disebut belalai. Dengan
belalai itu gajah mampu merobohkan gedung besar. Anda tahu belalai itu?
Belalai itu seperti ular phyton. Nah, anda tahu ular phyton? Ular phyton
itu hidup di sawah, suka makan tikus, kodok dan sebagainya. Tetapi
jangan heran, kambingpun dapat ditelannya.
f. Kritis
Sikap ini perlu dimiliki oleh setiap
wartawan agar ia mendapat informasi terinci dan selengkap-lengkapnya.
Dengan sikap kritis, orang yang kita wawancarai pun akan merasa
berhadapan dengan orang yang tahu persoalan.
g. Sopan santun
Hal yang tak kalah penting adalah sikap sopan santun. Jangan lupa mengucapkan terima kasih setelah wawancara selesai.
4. Tahap-tahap wawancara
Tahap persiapan:
- Menentukan topik
- Merumuskan pertanyaan
- Menjalin hubungan dengan pihak yang hendak diwawancarai
- Datang tepat waktu
- Memperhatikan penampilan
- Datang dengan persiapan dan pengetahuan masalah
- Mengemukakan alasan kedatangan (sebagai pengantar)
- Pertanyaan dimulai dengan hal-hal umum
- Pertanyaan tidak bersifat interogatif
- Dengarkan jawaban dengan baik
- Siapkan catatan
- Latar Balakang
- Tujuan
- Tempat, waktu, dan pelaksanaan
- isi
- kesimpulan
- penutup
- lampiran
PUISI CINTA KAHLIL GIBRAN
SIKAP MANUSIA
Jauhkan aku dari manusia yang tidak mahu menyatakan kebenaran kecuali jika ia berniat menyakiti hati, dan dari manusia yang bersikap baik tapi berniat buruk, dan dari manusia yang mendapatkan penghargaan dengan jalan memperlihatkan kesalahan orang lain
KEINDAHAN KEHIDUPAN
Keindahan adalah kehidupan itu sendiri saat ia membuka tabir penutup wajahnya. Dan kalian adalah kehidupannya itu, kalianlah cadar itu. Keindahan adalah keabadian yang termangu di depan cermin. Dan kalian adalah keabadian itu, kalianlah cermin itu.
SUARA KEHIDUPAN
Suara kehidupanku memang tak akan mampu menjangkau telinga kehidupanmu; tapi marilah kita cuba saling bicara barangkali kita dapat mengusir kesepian dan tidak merasa jemu
"Apa yang kau ciptakan akhir-akhir ini, dan bagaimana dengan lirikmu?"
Penyair yang seorang lagi menjawab dengan bangga, "Aku tidak melakukan hal
lain selain menyelesaikan syairku yang paling indah, kemungkinan merupakan
syair yang paling hebat yang pernah ditulis di Yunani. Isinya pujian tentang
Zeus yang Mulia."
Lalu dia mengambil selembar kulit dari sebalik jubahnya dan berkata,
Penyair pertama berkata dengan tenang, "Dan apa yang telah kau ciptakan
akhir-akhir ini?"
Penyair kedua menjawab, "Aku hanya menulis sedikit. Hanya lapan baris untuk
mengenang seorang anak yang bermain di kebun." Lalu ia membacakan
syairnya.
Penyair pertama berkata, "Boleh tahan, boleh tahan."
Kemudian mereka berpisah.
Sekarang, setelah dua ribu tahun berlalu, syair lapan baris itu dibaca di setiap
lidah, diulang-ulang, dihargai dan selalu dikenang. Dan walaupun syair yang
satu lagi memang benar bertahan berabad-abad lamanya dalam perpustakaan,
di rak-rak buku, dan walaupun syair itu dikenang, namun tidak ada yang
tertarik untuk menyukainya atau membacanya.
Jauhkan aku dari manusia yang tidak mahu menyatakan kebenaran kecuali jika ia berniat menyakiti hati, dan dari manusia yang bersikap baik tapi berniat buruk, dan dari manusia yang mendapatkan penghargaan dengan jalan memperlihatkan kesalahan orang lain
KEINDAHAN KEHIDUPAN
Keindahan adalah kehidupan itu sendiri saat ia membuka tabir penutup wajahnya. Dan kalian adalah kehidupannya itu, kalianlah cadar itu. Keindahan adalah keabadian yang termangu di depan cermin. Dan kalian adalah keabadian itu, kalianlah cermin itu.
SUARA KEHIDUPAN
Suara kehidupanku memang tak akan mampu menjangkau telinga kehidupanmu; tapi marilah kita cuba saling bicara barangkali kita dapat mengusir kesepian dan tidak merasa jemu
PROSA (IV)
Bersyukurlah pada kehidupan yang telah menganugerahimu rasa haus.
Hatimu akan menjadi seperti tepian pantai dari sebuah samudera yang tak memiliki gelombang.
Tak menyimpan gemuruh dan tak mengerami pasang surut bila engkau tak
memiliki rasa haus. Teguklah isi pialamu sendiri sambil memekik gembira.
Junjunglah pialamu di atas kepalamu lalu teguklah kuat demi mereka yang
meminumnya dalam kesendirian.
Aku pernah sekali mencari gerombolan manusia yang kemudian duduk rapi
mengelilingi meja jamuan sebuah pesta kemudian minum dengan sepuas-puasnya.
Namun mereka tidak mengangkat anggurnya di atas kepalaku, tidak pula
meresapkannya ke dalam dadaku.
Mereka hanya membasahi kakiku....kebijakanku masih kerontang.
Hatiku terkunci dan terpatri.
Cuma sepasang kakikulah yang bergomol dengan mereka diantara selubung
kabut yang suram.
Aku tidak lagi mau mencari kumpulan manusia atau pula meneguk anggur
bersama mereka dalam meja jamuan pesta mereka.
Apa yang engkau rasakan jika kututurkan padamu semua itu jika waktu begitu
garang menghentaki jantungmu?
Akan sangat baik bagimu bila engkau meneguk piala rengsamu seorang diri dan
piala bahagianmu seorang diri pula...
PANDANGAN PERTAMA
Itulah saat yang memisahkan aroma kehidupan dari kesedarannya.
Itulah percikan api pertama yang menyalakan wilayah-wilayah jiwa.
Itulah nada magis pertama yang dipetik dari dawai-dawai perak hati manusia.
Itulah saat sekilas yang menyampaikan pada telinga jiwa tentang risalah hari-hari yang telah berlalu dan mengungkapkan karya kesedaran yang dilakukan
malam, menjadikan mata jernih melihat kenikmatan di dunia dan menjadikan
misteri-misteri keabadian di dunia ini hadir.
Itulah percikan api pertama yang menyalakan wilayah-wilayah jiwa.
Itulah nada magis pertama yang dipetik dari dawai-dawai perak hati manusia.
Itulah saat sekilas yang menyampaikan pada telinga jiwa tentang risalah hari-hari yang telah berlalu dan mengungkapkan karya kesedaran yang dilakukan
malam, menjadikan mata jernih melihat kenikmatan di dunia dan menjadikan
misteri-misteri keabadian di dunia ini hadir.
Itulah benih yang ditaburan oleh Ishtar, dewi cinta, dari suatu tempat yang
tinggi.
Mata mereka menaburkan benih di dalam ladang hati, perasaan memeliharanya,
dan jiwa membawanya kepada buah-buahan.
Pandangan pertama kekasih adalah seperti roh yang bergerak di permukaan air
mengalir menuju syurga dan bumi. Pandangan pertama dari sahabat kehidupan
menggemakan kata-kata Tuhan, "Jadilah, maka terjadilah ia"
tinggi.
Mata mereka menaburkan benih di dalam ladang hati, perasaan memeliharanya,
dan jiwa membawanya kepada buah-buahan.
Pandangan pertama kekasih adalah seperti roh yang bergerak di permukaan air
mengalir menuju syurga dan bumi. Pandangan pertama dari sahabat kehidupan
menggemakan kata-kata Tuhan, "Jadilah, maka terjadilah ia"
DUA PUISI
Berabad-abad yang lalu, di suatu jalan menuju Athens, dua orang penyair bertemu.
Mereka mengagumi satu sama lain. Salah seorang penyair bertanya,
"Apa yang kau ciptakan akhir-akhir ini, dan bagaimana dengan lirikmu?"
Penyair yang seorang lagi menjawab dengan bangga, "Aku tidak melakukan hal
lain selain menyelesaikan syairku yang paling indah, kemungkinan merupakan
syair yang paling hebat yang pernah ditulis di Yunani. Isinya pujian tentang
Zeus yang Mulia."
Lalu dia mengambil selembar kulit dari sebalik jubahnya dan berkata,
"Ke mari, lihatlah, syair ini kubawa, dan aku senang bila dapat membacakannya untukmu.
Ayuh, mari kita duduk berteduh di bawah pohon cypress putih itu."
Lalu penyair itu membacakan syairnya. Syair itu panjang sekali.
Setelah selesai, penyair yang satu berkata, "Itu syair yang indah sekali. Syair itu
akan dikenang berabad-abad dan akan membuat engkau masyhur."
Ayuh, mari kita duduk berteduh di bawah pohon cypress putih itu."
Lalu penyair itu membacakan syairnya. Syair itu panjang sekali.
Setelah selesai, penyair yang satu berkata, "Itu syair yang indah sekali. Syair itu
akan dikenang berabad-abad dan akan membuat engkau masyhur."
Penyair pertama berkata dengan tenang, "Dan apa yang telah kau ciptakan
akhir-akhir ini?"
Penyair kedua menjawab, "Aku hanya menulis sedikit. Hanya lapan baris untuk
mengenang seorang anak yang bermain di kebun." Lalu ia membacakan
syairnya.
Penyair pertama berkata, "Boleh tahan, boleh tahan."
Kemudian mereka berpisah.
Sekarang, setelah dua ribu tahun berlalu, syair lapan baris itu dibaca di setiap
lidah, diulang-ulang, dihargai dan selalu dikenang. Dan walaupun syair yang
satu lagi memang benar bertahan berabad-abad lamanya dalam perpustakaan,
di rak-rak buku, dan walaupun syair itu dikenang, namun tidak ada yang
tertarik untuk menyukainya atau membacanya.
KEKASIHKU LAYLA
Kemarilah, kekasihku.
Kemarilah Layla, dan jangan tinggalkan aku.
Kehidupan lebih lemah daripada kematian, tetapi kematian lebih lemah
daripada cinta...
Engkau telah membebaskanku, Layla, dari siksaan gelak tawa dan pahitnya
anggur itu.
Izinkan aku mencium tanganmu, tangan yang telah memutuskan rantai-rantaiku.
Ciumlah bibirku, ciumlah bibir yang telah mencuba untuk membohongi dan
yang telah menyelimuti rahsia-rahsia hatiku.
Tutuplah mataku yang meredup ini dengan jari-jemarimu yang berlumuran
darah.
Ketika jiwaku melayang ke angkasa, taruhlah pisau itu di tangan kananku dan
katakan pada mereka bahawa aku telah bunuh diri kerana putus asa dan
cemburu.
Aku hanya mencintaimu, Layla, dan bukan yang lain, aku berfikir bahwa tadi
lebih baik bagiku untuk mengorbankan hatiku, kebahagiaanku, kehidupanku
daripada melarikan diri bersamamu pada malam pernikahanmu.
Ciumlah aku, kekasih jiwaku... sebelum orang-orang melihat tubuhku...
Ciumlah aku... ciumlah, Layla...
Kemarilah Layla, dan jangan tinggalkan aku.
Kehidupan lebih lemah daripada kematian, tetapi kematian lebih lemah
daripada cinta...
Engkau telah membebaskanku, Layla, dari siksaan gelak tawa dan pahitnya
anggur itu.
Izinkan aku mencium tanganmu, tangan yang telah memutuskan rantai-rantaiku.
Ciumlah bibirku, ciumlah bibir yang telah mencuba untuk membohongi dan
yang telah menyelimuti rahsia-rahsia hatiku.
Tutuplah mataku yang meredup ini dengan jari-jemarimu yang berlumuran
darah.
Ketika jiwaku melayang ke angkasa, taruhlah pisau itu di tangan kananku dan
katakan pada mereka bahawa aku telah bunuh diri kerana putus asa dan
cemburu.
Aku hanya mencintaimu, Layla, dan bukan yang lain, aku berfikir bahwa tadi
lebih baik bagiku untuk mengorbankan hatiku, kebahagiaanku, kehidupanku
daripada melarikan diri bersamamu pada malam pernikahanmu.
Ciumlah aku, kekasih jiwaku... sebelum orang-orang melihat tubuhku...
Ciumlah aku... ciumlah, Layla...
KATA MUTIARA KAHLIL GIBRAN
“Jika cinta tidak dapat mengembalikan engkau kepadaku dalam kehidupan ini… pastilah cinta akan menyatukan kita dalam kehidupan yang akan datang”
“Apa yang telah kucintai laksana seorang anak kini tak henti-hentinya aku mencintai… Dan, apa yang kucintai kini… akan kucintai sampai akhir hidupku, karena cinta ialah semua yang dapat kucapai… dan tak ada yang akan mencabut diriku dari padanya”
“Kemarin aku sendirian di dunia ini, kekasih; dan kesendirianku… sebengis kematian… Kemarin diriku adalah sepatah kata yang tak bersuara…, di dalam pikiran malam. Hari ini… aku menjelma menjadi sebuah nyanyian menyenangkan di atas lidah hari. Dan, ini berlangsung dalam semenit dari sang waktu yang melahirkan sekilasan pandang, sepatah kata, sebuah desakan dan… sekecup ciuman”
“Aku ingin mencintaimu dengan sederhana… seperti kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu… Aku ingin mencintaimu dengan sederhana… seperti isyarat yang tak sempat dikirimkan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada…”
“…pabila cinta memanggilmu… ikutilah dia walau jalannya berliku-liku… Dan, pabila sayapnya merangkummu… pasrahlah serta menyerah, walau pedang tersembunyi di sela sayap itu melukaimu…”
“…kuhancurkan tulang-tulangku, tetapi aku tidak membuangnya sampai aku mendengar suara cinta memanggilku dan melihat jiwaku siap untuk berpetualang”
“Tubuh mempunyai keinginan yang tidak kita ketahui. Mereka dipisahkan karena alasan duniawi dan dipisahkan di ujung bumi. Namun jiwa tetap ada di tangan cinta… terus hidup… sampai kematian datang dan menyeret mereka kepada Tuhan…”
“Jangan menangis, Kekasihku… Janganlah menangis dan berbahagialah, karena kita diikat bersama dalam cinta. Hanya dengan cinta yang indah… kita dapat bertahan terhadap derita kemiskinan, pahitnya kesedihan, dan duka perpisahan”
(Kahlil Gibran)
Kamis, 08 November 2012
Sajak Seorang Tua Untuk Istrinya
Aku tulis sajak ini
untuk menghibur hatimu
Sementara kau kenangkan encokmu
kenangkanlah pula masa remaja kita yang gemilang
Dan juga masa depan kita
yang hampir rampung
dan dengan lega akan kita lunaskan.
Kita tidaklah sendiri
dan terasing dengan nasib kita
Kerna soalnya adalah hukum sejarah kehidupan.
Suka duka kita bukanlah istimewa
kerna setiap orang mengalaminya.
Hidup tidaklah untuk mengeluh dan mengaduh
Hidup adalah untuk mengolah hidup
bekerja membalik tanah
memasuki rahasia langit dan samodra,
serta mencipta dan mengukir dunia.
Kita menyandang tugas,
kerna tugas adalah tugas.
Bukannya demi sorga atau neraka.
Tetapi demi kehormatan seorang manusia.
Kerna sesungguhnyalah kita bukan debu
meski kita telah reyot, tua renta dan kelabu.
Kita adalah kepribadian
dan harga kita adalah kehormatan kita.
Tolehlah lagi ke belakang
ke masa silam yang tak seorangpun kuasa menghapusnya.
Lihatlah betapa tahun-tahun kita penuh warna.
Sembilan puluh tahun yang dibelai napas kita.
Sembilan puluh tahun yang selalu bangkit
melewatkan tahun-tahun lama yang porak poranda.
Dan kenangkanlah pula
bagaimana kita dahulu tersenyum senantiasa
menghadapi langit dan bumi, dan juga nasib kita.
Kita tersenyum bukanlah kerna bersandiwara.
Bukan kerna senyuman adalah suatu kedok.
Tetapi kerna senyuman adalah suatu sikap.
Sikap kita untuk Tuhan, manusia sesama,
nasib, dan kehidupan.
Lihatlah! Sembilan puluh tahun penuh warna
Kenangkanlah bahwa kita telah selalu menolak menjadi koma.
Kita menjadi goyah dan bongkok
kerna usia nampaknya lebih kuat dari kita
tetapi bukan kerna kita telah terkalahkan.
Aku tulis sajak ini
untuk menghibur hatimu
Sementara kaukenangkan encokmu
kenangkanlah pula
bahwa kita ditantang seratus dewa.
WS. Rendra, Sajak-sajak sepatu tua, 1972
untuk menghibur hatimu
Sementara kau kenangkan encokmu
kenangkanlah pula masa remaja kita yang gemilang
Dan juga masa depan kita
yang hampir rampung
dan dengan lega akan kita lunaskan.
Kita tidaklah sendiri
dan terasing dengan nasib kita
Kerna soalnya adalah hukum sejarah kehidupan.
Suka duka kita bukanlah istimewa
kerna setiap orang mengalaminya.
Hidup tidaklah untuk mengeluh dan mengaduh
Hidup adalah untuk mengolah hidup
bekerja membalik tanah
memasuki rahasia langit dan samodra,
serta mencipta dan mengukir dunia.
Kita menyandang tugas,
kerna tugas adalah tugas.
Bukannya demi sorga atau neraka.
Tetapi demi kehormatan seorang manusia.
Kerna sesungguhnyalah kita bukan debu
meski kita telah reyot, tua renta dan kelabu.
Kita adalah kepribadian
dan harga kita adalah kehormatan kita.
Tolehlah lagi ke belakang
ke masa silam yang tak seorangpun kuasa menghapusnya.
Lihatlah betapa tahun-tahun kita penuh warna.
Sembilan puluh tahun yang dibelai napas kita.
Sembilan puluh tahun yang selalu bangkit
melewatkan tahun-tahun lama yang porak poranda.
Dan kenangkanlah pula
bagaimana kita dahulu tersenyum senantiasa
menghadapi langit dan bumi, dan juga nasib kita.
Kita tersenyum bukanlah kerna bersandiwara.
Bukan kerna senyuman adalah suatu kedok.
Tetapi kerna senyuman adalah suatu sikap.
Sikap kita untuk Tuhan, manusia sesama,
nasib, dan kehidupan.
Lihatlah! Sembilan puluh tahun penuh warna
Kenangkanlah bahwa kita telah selalu menolak menjadi koma.
Kita menjadi goyah dan bongkok
kerna usia nampaknya lebih kuat dari kita
tetapi bukan kerna kita telah terkalahkan.
Aku tulis sajak ini
untuk menghibur hatimu
Sementara kaukenangkan encokmu
kenangkanlah pula
bahwa kita ditantang seratus dewa.
WS. Rendra, Sajak-sajak sepatu tua, 1972
Teknik Membaca Cepat
Teknik Membaca Cepat Skimming dan Scanning
Teknik membaca cepat
skimming dan scanning – Ternyata dalam membaca juga memiliki teknik
tersendiri. Jika sebelumnya membaca yang kita tahu hanya membaca biasa
maka kali ini merahitam akan berbagi beberapa tips seputar teknik
membaca cepat yaitu skimming dan scanning.
Kenapa
harus membaca cepat? ternyata membaca cepat memiliki banyak manfaat.
Teknik Membaca cepat selain menghemat banyak waktu juga dapat memudahkan
kita dalam memahami makna bancaan selain itu juga dapat mencerdaskan
otak. adalah Dalam latihan meningkatkan kecepatan membaca, ada
sejumlah teknik membaca cepat yang dapat digunakan. Teknik tersebut antara lain:
A. Membaca Scanning- Pengertian
Scanning atau membaca memindai berarti mencari informasi spesifik secara cepat dan akurat. Memindai artinya terbang di atas halaman-halaman buku. Membaca dengan teknik memindai artinya menyapu halaman buku untuk menemukan sesuatu yang diperlukan. Scanning berkaitan dengan menggerakan mata secara cepat keseluruh bagian halaman tertentu untuk mencari kata dan frasa tertentu.
Teknik membaca memindai (scanning) adalah teknik menemukan informasi dari bacaan secara cepat, dengan cara menyapu halaman demi halaman secara merata, kemudian ketika sampai pada bagian yang dibutuhkan, gerakan mata berhenti. Mata bergerak cepat, meloncat-loncat, dan tidak melihat kata demi kata.
2. Langkah-langkah Scanning
- Perhatikan penggunaan urutan seperti ‘angka’, ‘huruf’, ‘langkah’, ‘pertama’, ‘kedua’, atau ‘selanjutnya’.
- Carilah kata yang dicetak tebal, miring atau yang dicetak berbeda dengan teks lainnya.
- Terkadang penulis menempatkan kata kunci di batas paragraph
Scanning dilakukan dengan cara:
(1) Menggerakkan mata seperti anak panah langsung meluncur ke bawah menemukan informasi yang telah ditetapkan,
(2) Setelah ditemukan kecepatan diperlambat untuk menemukan keterangan lengkap dari informasi yang dicari, dan
(3) Pembaca dituntut memiliki pemahaman yang baik berkaitan dengan karakteristik yang dibaca (misalnya, kamus disusun secara alfabetis dan ada keyword di setiap halaman bagian kanan atas, ensiklopedi disusun secara alfabetis dengan pembalikan untuk istilah yang terdiri dari dua kata, dan sebagainya).
3. Tujuan
Adapun tujuan dari membaca scanning yaitu:
- Mencari informasi dalam buku secara cepat,
- Scanning merupakan teknik membaca cepat untuk menemukan informasi yang telah ditentukan pembaca,
- Pembaca telah menentukan kata yang dicari sebelum kegiatan scanning dilakukan, pembaca tidak membaca bagian lain dari teks kecuali informasi yang dicari.
- Mendapatkan informasi spesifik dari sebuah teks. Biasanya, ini dilakukan jika Anda telah mengetahui dengan pasti apa yang Anda cari sehingga berkonsentrasi mencari jawaban yang spesifik.
Membaca scanning/memindai misalnya membaca mencari arti kta di kamus, menbaca acara siaran di Telivisi, membaca daftar pejalanan, memcari nomor telepon di buku telepon,membaca daftar menu makan di rumah makan, membaca jadwal pelajaran,mencari pada papan pengumuman, mencari topik pada daftar isi sebuah buku dll
B. Membaca Skimming
- Pengertian
Pengertian lain dari membaca skimming adalah membaca sekilas atau membaca cepat untuk mendapatkan suatu informasi dari yang kita baca. Skimming dilakukan untuk melakukan pembacaan cepat secara umum dalam suatu bahan bacaan. Dalam skimming, proses membaca dilakukan secara melompat-lompat dengan melihat pokok-pokok pikiran utama dalam bahan bacaan sambil memahami tema besarnya.
Selain untuk mendapatkan gagasan utama dari sebuah teks. Untuk mengetahui apakah suatu artikel sesuai dengan apa yang kita cari. Untuk menilai artikel tersebut, apakah menarik untuk dibaca lebih lanjut secara mendetail. Kecepatan membaca secara skimming biasanya sekitar 3-4 kali lebih cepat dari membaca biasa.
2. Langkah-langkah Skimming
- Baca judul, sub judul dan subheading untuk mencari tahu apa yang dibicarakan teks tersebut.
- Perhatikan ilustrasi (gambar atau foto) agar Anda mendapatkan informasi lebih jauh tentang topik tersebut.
- Baca awal dan akhir kalimat setiap paragraph
- Jangan membaca kata per kata. Biarkan mata Anda melakukan skimming kulit luar sebuah teks. Carilah kata kunci atau keyword-nya
- Lanjutkan dengan berpikir mengenai arti teks tersebut
Banyak yang mengartikan skimming sebagai sekedar menyapu halaman, sedangkan pengertian yang sebenarnya adalah suatu ketrampilan membaca yang diatur secara sistematis untuk mendapatkan hasil yang efisien, untuk berbagai tujuan, seperti hal berikut:
1. Untuk mengenali topik bacaan. Apabila anda pergi ke toko buku atau perpustakaan dan ingin mengetahui pembahasan apa dalam buku yang anda pilih itu, anda melakukan skimming beberapa menit (atau browsing). Skimming untuk melihat bahan yang akan dibaca, sekadar untuk mengetahui bahan tersebut, juga dilakukan orang untuk memilih artikel di majalah dan surat kabar (kliping)
2. Untuk mengetahui pendapat orang (opini). Disini anda sudah mengetahui topik yang dibahas, yang anda butuhkan adalah pendapat penulis itu terhadap masalah tersebut. Misalnya, tulisan tajuk surat kabar; anda mungkin cukup membaca paragraf pertama atau akhir yang biasanya memuat kesimpulan yang dibuat oleh penulisnya (redaksi).
3. Untuk mendapatkan bagian penting yang kita perlukan tanpa membaca seluruhnya. Anda perlu melihat semua bahan itu untuk memilih ide yang bagus, tetapi tidak membaca secara lengkap
- Untuk mengetahui organisasi penulisan, urutan ide pokok dan cara semua itu disusun dalam kesatuan pikiran dan mencari hubungan antarbagian bacaan itu. Mungkin secara kronologi, membandingkan, atau bentuk lain. Skimming berguna untuk memilih bahan yang perlu dipelajari dan didingat. Skimming berguna untuk survei buku sebelum dibaca, seperti dapat dilihat pada uraian SQ3R sebelum ini.
- Untuk penyegaran yang pernah dibaca, misalnya dalam mempersiapkan ujian atau sebelum menyampaikan ceramah. Skimming ini juga disebut sebagai review (tinjau balik).
skimming untuk mendapatkan gagasan utama dari sebuah halaman buku teks sehingga dapat memutuskan apakah buku tersebut berguna dan perlu dibaca lebih pelan dan mendetail.
v Berikut adalah tabel kesimpulan dari artikel Teknik membaca cepat skimming dan scanning
Komponen
|
Skimming
|
Scanning
|
||||
Pengertian
|
Skimming digunakan untuk mendapatkan gagasan utama dari sebuah teks. Untuk mengetahui apakah suatu artikel sesuai dengan apa yang kita cari. Untuk menilai artikel tersebut, apakah menarik untuk dibaca lebih lanjut secara mendetail. Kecepatan membaca secara skimming biasanya sekitar 3-4 kali lebih cepat dari membaca biasa. | Scanning digunakan untuk mendapatkan informasi spesifik dari sebuah teks. Biasanya, ini dilakukan jika Anda telah mengetahui dengan pasti apa yang Anda cari sehingga berkonsentrasi mencari jawaban yang spesifik. Scanning berkaitan dengan menggerakan mata secara cepat keseluruh bagian halaman tertentu untuk mencari kata dan frasa tertentu. | ||||
Contoh
|
skimming untuk mendapatkan gagasan utama dari sebuah halaman buku teks sehingga dapat memutuskan apakah buku tersebut berguna dan perlu dibaca lebih pelan dan mendetail. | scanning untuk menemukan nomor tertentu pada direktori telepon, kata dalam kamus. | ||||
Strategi
|
Langkah-langkah skimming:
|
:
Morfologi
MORFOLOGI
A. Pengertian Morfologi
Morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal.
Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh
perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Atau
dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk
bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik
fungsi gramatik maupun fungsi semantik. (http://id.wikipedia.org/wiki/linguistik).
Kata Morfologi berasal dari kata
morphologie. Kata morphologie berasal dari bahasa Yunani morphe yang
digabungkan dengan logos. Morphe berarti bentuk dan dan logos berarti
ilmu. Bunyi [o] yang terdapat diantara morphed an logos ialah bunyi yang
biasa muncul diantara dua kata yang digabungkan. Jadi, berdasarkan
makna unsur-unsur pembentukannya itu, kata morfologi berarti ilmu
tentang bentuk.
Dalam kaitannya dengan kebahasaan, yang
dipelajari dalam morfologi ialah bentuk kata. Selain itu, perubahan
bentuk kata dan makna (arti) yang muncul serta perubahan kelas kata yang
disebabkan perubahan bentuk kata itu, juga menjadi objek pembicaraan
dalam morfologi. Dengan kata lain, secara struktural objek pembicaraan
dalam morfologi adalah morfem pada tingkat terendah dan kata pada
tingkat tertinggi.
Itulah sebabnya, dikatakan bahwa
morfologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk kata (struktur kata)
serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap makna (arti) dan
kelas kata.
B. Morfem
1. Pengertian Morfem
Morfem adalah suatu bentuk bahasa yang
tidak mengandung bagian-bagian yang mirip dengan bentuk lain, baik bunyi
maupun maknanya. (Bloomfield, 1974: 6).
Morfem adalah unsur-unsur terkecil yang
memiliki makna dalam tutur suatu bahasa (Hookett dalam Sutawijaya,
dkk.). Kalau dihubungkan dengan konsep satuan gramatik, maka unsur yang
dimaksud oleh Hockett itu, tergolong ke dalam satuan gramatik yang
paling kecil.
Morfem, dapat juga
dikatakan unsur terkecil dari pembentukan kata dan disesuaikan dengan
aturan suatu bahasa. Pada bahasa Indonesia morfem dapat berbentuk
imbuhan. Misalnya kata praduga memiliki dua morfem yaitu /pra/ dan
/duga/. Kata duga merupakan kata dasar penambahan morfem /pra/ menyebabkan perubahan arti pada kata duga. (http://id.wikipedia.org/wiki/linguistik).
Berdasarkan konsep-konsep di atas di atas
dapat dikatakan bahwa morfem adalah satuan gramatik yang terkecil yang
mempunyai makna, baik makna leksikal maupun makna gramatikal.
Kata memperbesar misalnya, dapat kita potong sebagai berikut
mem-perbesar
per-besar
Jika besar dipotong lagi, maka be- dan –sar masing-masing tidak mempunyai makna. Bentuk seperti mem-, per-, dan besar disebut morfem. Morfem yang dapat berdiri sendiri, seperti besar, dinamakan morfem bebas, sedangkan yang melekat pada bentuk lain, seperti mem- dan per-, dinamakan morfem terikat. Contoh memperbesar di atas adalah satu kata yang terdiri atas tiga morfem, yakni dua morfem terikat mem- dan per- serta satu morfem bebas, besar.
2. Morf dan Alomorf
Morf dan alomorf adalah
dua buah nama untuk untuk sebuah bentuk yang sama. Morf adalah nama
untuk sebuah bentuk yang belum diketahui statusnya (misal: {i} pada kenai);
sedangkan alomorf adalah nama untuk bentuk tersebut kalau sudah
diketahui statusnya (misal [b¶r], [b¶], [b¶l] adalah alomorf dari morfem
ber-. Atau bias dikatakan bahwa anggota satu morfem
yang wujudnya berbeda, tetapi yang mempunyai fungsi dan makna yang sama
dinamakan alomorf. Dengan kata lain alomorf adalah perwujudan konkret
(di dalam penuturan) dari sebuah morfem. Jadi setiap morfem tentu
mempunyai almorf, entah satu, dua, atau enam buah. Contohnya, morfem
meN- (dibaca: me nasal): me-, mem- men-, meny-, meng-, dan menge-.
Secara fonologis, bentuk me- berdistribusi, antara lain, pada bentuk
dasar yang fonem awalnya konsonan /I/ dan /r/; bentuk mem-
berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya konsonan /b/ dan juga
/p/; bentuk men- berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya /d/
dan juga /t/; bentuk meny- berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem
awalnya /s/; bentuk meng- berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem
awalnya, antara lain konsonan /g/ dan /k/; dan bentuk menge-
berdistribusi pada bentuk dasar yang ekasuku, contohnya {menge}+{cat}=
mengecat. Bentuk-bentuk realisasi yang berlainan dari morfem yang sama
tersebut disebut alomorf.
3. Prinsip-prinsip Pengenalan Morfem
Untuk mengenal morfem
secara jeli dalam bahasa Indonesia, diperlukan petunjuk sebagai
pegangan. Ada enam prinsip yang saling melengkapi untuk memudahkan
pengenalan morfem (Lihat Ramlan, 1980), yakni sebagai berikut:
3.1 Prinsip pertama
Bentuk-bentuk yang mempunyai struktur fonologis dan arti atau makna yang sama merupakan satu morfem.
membaca kemanusiaan
Contoh:
baca ke-an
pembaca kecepatan
bacaan kedutaan
membacakan kedengaran
_
Karena struktur fonologis dan Satuan tersebut walaupun
maknanya sama, maka satuan struktur fonologisnya sama,
tersebut merupakan morfem bukan merupak morfem
yang sama. yang sama karena makna gramatikalnya berbeda.
3.2 Prinsip Kedua
Bentuk-bentuk yang
mempunyai struktur fonolis yang berbeda, merupakan satu morfem apabila
bentuk-bentuk itu mempunyai arti atau makna yang sama, dan perbedaan
struktur fonologisnya dapat dijelaskan secara fonologis. Perubahan
setiap morf itu bergantung kepada fonem awal morfem yang dilekatinya.
Contoh:
mem – : membawa
meN-
men - : menulis
meny - : menyisir
meng - : menggambar
me- : melempar
Perubahan setiap morf itu bergantung kepada fonem awal morfem yang dilekatinya.
3.3 Prinsip Ketiga
Bentuk-bentuk yang mempunyai struktur
ontologis yang berbeda, sekalipun perbedaannya tidak dapat dijelaskan
secara fonologis, masih dapat dianggap sebagai satu morfem apabila
mempunyai makna yang sama, dan mempunyai distribusi yang komplementer.
Perhatikan contoh berikut:
ber- : berkarya, bertani, bercabang
bel- : belajar, belunjur
be- : bekerja, berteriak, beserta
Kedudukan afiks ber- yang tidak dapat bertukar tempat itulah yang disebut distribusi komplementer.
3.4 Prinsip Keempat
Apabila dalam deretan
struktur, suatu bentuk berpararel dengan suatu kekosongan, maka
kekosongan itu merupakan morfem, ialah yang disebut morfem zero.
Misalnya:
- Rina membeli sepatu
- Rina menulis surat
- Rina membaca novel
- Rina menggulai ikan
- Rina makan pecal
- Rina minum susu
Semua kalimat itu berstruktur SPO.
Predikatnya tergolong ke dalam verba aktif transitif. Lau pada kalimat
a, b. c, dan d, verba aktif transitif tersebut ditandai oleh meN-,
sedangkan pada kalimat e dan f verba aktif transitif itu ditandai
kekosongan (meN- tidak ada), kekosongan itu merupakan morfem, yang
disebut morfem zero.
3.5 Prinsip Kelima
Bentuk-bentuk yang
mempunyai struktur fonologis yang sama mungkin merupakan satu morfem,
mungkin pula merupakan morfem yang berbeda. Apabila bentuk yang
mempunyai struktur fonologis yang sama itu berbeda maknanya, maka tentu
saja merupakan fonem yang berbeda.
Contoh:
- a. Jubiar membeli buku
b. Buku itu sangat mahal
- a. Juniar membaca buku
b. Juniar makan buku tebu
Satuan buku
pada kalimat 1. a dan 1. b merupakan morfem yang sama karena maknanya
sama. Satuan buku pada kalimat kalimat 2. a dan 2. b bukanlah morfem
yang sama karena maknanya berbeda.
3.6 Prinsip Keenam
Setiap bentuk yang tidak dapat dipisahkan
merupakan morfem. Ini berarti bahwa setiap satuan gramatik yang tidak
dapat dipisahkan lagi atas satuan-satuan gramatik yang lebih kecil,
adalah morfem. Misalnya, satuan ber- dan lari pada berlari, ter- dan tinggi pada tertinggi tidak dapat dipisahkan lagiatas satuan-satuan yang lebih kecil. oleh karena itu, ber-, lari, ter, dan tinggi adalah morfem.
4. Klasifikasi Morfem
4.1 Morfem Bebas dan Morfem Terikat
Morfem ada yang bersifat bebas dan ada
yang bersifat terikat. Dikatakan morfem bebas karena ia dapat berdiri
sendiri, dan dikatakan terikat jika ia tidak dapat berdiri sendiri.
Misalnya:
- Morfem bebas – “saya”, “buku”, dsb.
- Morfem terikat – “ber-“, “kan-“, “me-“, “juang”, “henti”, “gaul”, dsb.
4.2 Morfem Segmental dan Morfem Supra Segmental
Morfem segmental adalah morfem yang terjadi dari fonem atau susunan fonem segmental. Sebagai contoh, morfem {rumah},
dapat dianalisis ke dalam segmen-segmen yang berupa fonem [r,u,m,a,h].
Fonem-fonem itu tergolong ke dalam fonem segmental. oleh karena itu,
morfem {rumah} tergolong ke dalam jenis morfem segmental.
Morfem supra segmental adalah morfem yang terjadi dari fonem suprasegmental. Misal, jeda dalam bahasa Indonesia. Contoh:
- bapak wartawan bapak//wartawan
- ibu guru ibu//guru
4.3 Morfem Bermakna Leksikal dan Morfem Tak Bermakna Leksikal
Morfem yang bermakna
leksikal merupakan satuan dasar bagi terbentuknya kata. morfem yang
bermakna leksikal itu merupakan leksem, yakni bahan dasar yzng setelah
mengalami pengolahan gramatikal menjadi kata ke dalam subsistem
gramatika. Contoh: morfem {sekolah}. berarti ‘tempat belajar’.
Morfem yang tak bermakna leksikal dapat
berupa morfem imbuhan, seperti {ber-}, {ter-}, dan {se-}. morfem-morfem
tersebut baru bermakna jika berada dalam pemakaian. Contoh: {bersepatu}
berarti ‘memakai sepatu’.
4.4 Morfem Utuh dan Morfem Terbelah
Morfem utuh merupakan morfem-morfem yang unsur-unsurnya bersambungan secara langsung. Contoh: {makan}, {tidur}, dan {pergi}.
Morfem terbelah morfem-morfem yang tidak
tergantung menjadi satu keutuhan. morfem-morfem itu terbelah oleh morfem
yang lain. Contoh: {kehabisan} dan {berlarian} terdapat imbuhan ke-an
atau {ke….an} dan imbuhan ber-an atau {ber….an}. contoh lain adalah
morfem{gerigi} dan {gemetar}. Masing-masing morfem memilki morf /g..igi/
dan /g..etar/. Jadi, ciri terbelahnya terletak pada morfnya, tidak
terletak pada morfemnya itu sendiri. morfem itu direalisasikan menjadi
morf terbelah jika mendapatkan sisipan, yakni morfem sisipan {-er-} pada
morfem {gigi} dan sisipan {-em-} pada morfem {getar}.
4.5 Morfem Monofonemis dan Morfem Polifonemis
Morfem monofonemis
merupakan morfem yang terdiri dari satu fonem. Dalam bahasa Indonesia
pada dapat dilihat pada morfem {-i} kata datangi atau morfem{a} dalam bahasa Inggris pada seperti pada kata asystematic.
Morfem polifonemis merupakan morfem yang
terdiri dari dua, tiga, dan empat fonem. Contoh, dalam bahasa Inggris
morfem {un-} berarti ‘tidak’ dan dalam bahasa Indonesia morfem {se-}
berarti ‘satu, sama’.
4.6 Morfem Aditif, Morfem Replasif, dan Morfem Substraktif
Morfem aditif adalah morfem yang ditambah
atau ditambahkan. kata-kata yang mengalami afiksasi, seperti yang
terdapat pada contoh-contoh berikut merupakan kata-kata yang terbentuk
dari morfem aditif itu.
- mengaji 2. childhood
berbaju houses
Morfem replasif merupakan morfem yang
bersifat penggantian. dalam bahasa Inggris, misalnya, terdapat morfem
penggantian yang menandai jamak. Contoh: {fut} à {fi:t}.
Morfem substraktif adalah morfem yang
alomorfnya terbentuk dari hasil pengurangan terhadap unsur (fonem) yang
terdapat morf yang lain. Biasanya terdapat dalam bahasa Perancis.
C. Proses Morfologis
Proses morfologis dapat dikatakan sebagai
proses pembentukan kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan
morfem yang lain yang merupakan bentuk dasar (Cahyono, 1995: 145).
Dalam proses morfologis ini terdapat tiga proses yaitu: pengafiksan,
pengulangan atau reduplikasi, dan pemajemukan atau penggabungan.
1. Pengafiksan
Bentuk (atau morfem) terikat yang dipakai
untuk menurunkan kata disebut afiks atau imbuhan (Alwi dkk., 2003: 31).
Pengertian lain proses pembubuhan imbuhan pada suatu satuan, baik
satuan itu berupa bentuk tunggal maupun bentuk kompleks, untuk membentuk
kata (Cahyono, 1995:145). Contoh:
- Berbaju
- Menemukan
- Ditemukan
- Jawaban.
Bila dilihat pada contoh, berdasarkan
letak morfem terikat dengan morfem bebas pembubuhan dapat dibagi menjadi
empat, yaitu pembubuhan depan (prefiks), pembubuhan tengah (infiks),
pembubuhan akhir (sufiks), dan pembubuhan terbelah (konfiks).
2. Reduplikasi
Reduplikasi adalah pengulangan satuan
gramatikal, baik seluruhnya maupun sebagian, baik disertai variasi fonem
maupun tidak (Cahyono, 1995:145).
Contoh: berbulan-bulan, satu-satu, seseorang, compang-camping, sayur-mayur.
3. Penggabungan atau Pemajemukan
Proses pembentukan kata dari dua morfem bermakna leksikal (Oka dan Suparno, 1994:181).
Contoh:
- Sapu tangan
- Rumah sakit
4. Perubahan Intern
Perubahan intern adalah perubahan bentuk morfem yang terdapat dalam morfem itu sendiri.
Contoh: dalam bahasa Inggris
Singular | plural |
Foot Mouse | Feet mice |
5. Suplisi
Suplisi adalah proses morfologis yang menyebabkan adanya bentuk sama sekali baru.
Contoh: dalam bahasa Inggris
Go went
sing sang
6. Modifikasi kosong
Modifikasi kosong ialah proses morfologis yang tidak menimbulkan perubahan pada bentuknya tetapi konsepnya saja yang berubah.
Contoh: read- read-read
D. Proses Morfofonemik
Proses perubahan fonem sebuah morfem yang digunakan untuk mempermudah ucapan.
Contoh:
Perubahan prefiks meng-
- meng + asah = mengasah
- meng + lihat = melihat
- menga + datangkan = mendatangkan
- meng + terjemah = menerjemahkan
- meng + patuhi = mematuhi
E. Proses morfemis menurut Verhaar
- Afiksasi adalah pengimbuhan afiks
- Prefix adalah imbuhan di sebelah kiri bentuk dasar.
Contoh: mengajar
- Sufiks adalah imbuhan di sebelah kanan bentuk dasar
Contoh: ajarkan
- Infiks adalah imbuhan yang disisipkan dalam kata dasar
Contoh: gerigi
- Konfiks adalah imbuhan dan akhiran pada sebuah bentuk dasar
Contoh: perceraian
- Fleksi adalah afiksasai yang terdiri atas golongan kata yang sama
Contoh: mengajar – diajar
3. Derifasi adalah afiksasi yang terdiri atas golongan kata yang tidak sama
Contoh: mengajar – pengajar
- Klitika adalah morfem pendek yang tidak dapat diberi aksen atau tekanan melekat pada kata atau frasa lain dan meiliki arti yang tidak mudah untuk dideskripsikan secara leksikal, serta tidak melekat pada kelas kata tertentu.
Contoh: -pun, -lah
sekalipun
apalah
F. Kata
1. Hakikat Kata
Para linguis yang sehari-hari bergelut
dengan kata ini, hingga dewasa ini, kiranya tidak pernah mempunyai
kesamaan pendapat mengenai konsep apa yang di sebut dengan kata itu.
Satu masalah lagi mengenai kata ini adalah mengenai kata sebagai satuan
gramatikal. Menurut verhaar (1978) bentuk-bentuk kata bahasa Indonesia,
misalnya: mengajar, di ajar, kauajar, terjar, dan ajarlah bukanlah lima
buah kata yang berbeda, melainkan varian dari sebuah kata yang sama.
Tetapi bentuk-bentuk, mengajar, pengajar, pengajaran, dan ajarlah adalah
lima kata yang berlainan.
Kata adalah satuan
terkecil dari kalimat yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai makna.
Kata-kata yang terbentuk dari gabungan huruf atau morfem baru kita akui
sebagai kata bila bentuk itu sudah mempunyai makna. (Lahmudin Finoza).
Kata ialah morfem atau kombinasi morfem
yang oleh bahasawan dianggap sebagai satuan terkecil yang dapat
diujarkan sebagai bentuk yang bebas. (Kridalaksana). Perhatikan
kata-kata di bawah ini.
- Mobil
- Rumah
- Sepeda
- Ambil
- Dingin
- Kuliah.
Keenam kata yang kita ambil secara acak
itu kita akui sebagai kata karena setiap kata mempunyai makna. Kita
pasti akan meragukan, bahkan memastikan bahwa adepes, libma, ninggib, haklab bukan kata dari bahasa Indonesia karena tidak mempunyai makna.
Dari segi bentuknya kata dapat dibedakan atas dua macam, yaitu (1) kata yang bermofem tunggal, dan (2) kata yang bermorfem banyak. Kata
yang bermorfem tunggal disebut juga kata dasar atau kata yang tidak
berimbuhan. Kata dasar pada umumnya berpotensi untuk dikembangkan
menjadi kata turunan atau kata berimbuhan. Perhatikan perubahan kata
dasar menjadi kata turunan dalam tabel di bawah ini.
2. Pembentukan Kata
Pembentukan kata ini mempunyai dua sifat,
yaitu membentuk kata-kata yang inflektif, dan kedua yang bersifat
derivatif. Apa yang dimaksud dengan inflektif dan derivatif akan
dibicarakan berikut ini.
1). Inflektif
Kata-kata dalam bahasa-bahasa berfleksi,
seprti bahasa arab, bahasa latin, bahasa sansekerta, untuk dapat
digunakan di dalam kalimat harus disesuaikan dulu bentuknya dengan
kategori-kategori gramatikal yang berlaku dalam bahasa itu.
2). Derifatif
Pembentukan kata secara derivatif adalah
membentuk kata baru, kata yang identitas leksikalnya tidak sama dengan
kata dasarnya, contoh dalam bahasa indonesia dapat diberikan, misalnya,
dari kata air yang berkelas nomina dibentuk menjadi mengairi yang berkelas verba: dari kata makan yang berkelas verba dibentuk kata makanan yang berkelas nomina.
Tabel 1
Perubahan Kata Dasar Menjadi Kata Turunan
yang Mengandung Berbagai Arti
Kata Dasar | Pelaku | Proses | Hal/Tempat | Perbuatan | Hasil |
Asuh
baca bangun buat cetak edar potong sapu tulis ukir |
pengasuh
pembaca pembangun pembuat pencetak pengedar pemotong penyapu penulis pengukir |
pengasuhan
pembacaan pembangunan pembuatan pencetakan pengedaran pemotongan penyapuan penulisan pengukiran |
perbuatan
percetakan peredaran perpotongan persapuan |
mengasuh
membaca membangun membuat mencetak mengedar memotong menyapu menulis mengukir |
asuhan
bacaan bangunan buatan cetakan edaran potongan sapuan tulisan ukiran. |
Dalam tabel 1 itu terlihat perubahan kata
dasar menjadi kata turunan selain mengubah bentuk, juga mengubah makna.
Selanjutnya, perubahan makna mengakibatkan perubahan jenis atau kelas
kata.
Langganan:
Postingan (Atom)