Halaman

Sabtu, 19 April 2014

TATA CAHAYA

Dalam seni pertunjukan, tata cahaya berada dalam disiplin teknik produksi bersama dengan tata pentas, kriya panggung (stage craft) dan hal hal lain yang bersifat sebagai pendukung visual suatu pergelarlan.dalam perkembangan seni pertunjukan di Indonesia teknik produksi belum mendapat perhatian yang cukup bahkan dalam pendidikan kesenianpun tidakada jurusan yang membuka peminatan teknik produksi tersebut.

Dengan semakin banyaknya festival-festival seni pertunjukan diberbagai kota maka kebutuhan untuk mengemas pertunjukan menjadi sesuatu yang menarik dan lain dari penyajian kelompok lain, maka kebutuhan pemahaman teknik produksi tumbuh. Namun seringkali tumbuh kembangnya seni pertunjukan tidak seiring dengan berkembangnya gedung pertunjukan. Akustik ruangan, penataan cahaya dan tata teknik pentasnya seringkali tak memenuhi persyaratan minimal untuk suatu pertunjukan.

Dalam situasi seperti itulah para pekerja dibelakang panggung merekayasa agar pertunjukan menjadi sesuau yang berarti dan punya sumbangan dalam perkebangan seni pertunjukun.

Studi-studi yang dilakukan oleh para pekerja belakang panggung pada umumnya dilakukan sendiri oleh para pelaku itu sendiri atau bersama-sama dengan kelompoknya atau kalau beruntung bisa mengikuti lokakarya-lokakarya yang diadakan oleh lembaga-lembaga kesenian yang punya pehatiandan keprihatinan terhadap perkembangan dunia seni pertunjukan.

Seorang penata cahaya disamping harus studi tentang teks, koreografi dan seni visual yang lain harus memahami tentang aspek teknik dari peralatan-peralatan yang akan menjadi media ekspresinya dan memahami karakter dari bentuk panggung dan auditoriumnya. Pemahaman teks bisa dipahami dengan mempelajari sejarah dan genre dari gaya pertunjukkannya. (buku-buku Yacob Sumarjo, Asrul Sani, Rendra, PW, NR, KA, dll). Pemahaman tentang tata teknik pentas dan teknik menggambar dapat dibantu dengan penguasaan komputer (Beamlight, Write Light, Daslight, Corel, CAD, Vector Work, wyswyg).

STUDI TEKSTUAL

Mempelajari naskah naskah drama, puisi, cerpen dan prosa. Sasarannya adalah melatih kepekaan untuk melihat yang tersirat dalam teks itu, tangkas menyusun plot dan menemukan berbagai perubahan susasana, ruang, pikiran-pikiran para tokohnya dan menjalin struktur dramatiknya.

Dengan mempelajari latar belakang penulisnya maka akan ditemukan visi dari penulisnya yang bersangkutan. Karena inti dari penataan cahaya adalah membangun atmosfere bagi para tokoh yang sedang menghidupkan pentas. Tentu saja dalam hal ini diskusi dengan sutradara dan para pekerja artistik yang lain seperti penata set, dll menjadi suatu keharusan. Keputusan terahkir adalah pada sutradara.

STUDI PENTAS DAN AUDITORIUM

Karakter dari pentas amat bergantung pada auditoriumnya dan masing masing pentas mempunyai aura yang amat spesifik. Secara umum dapat dibagi menjadi 3 bentuk yang berbeda, yaitu:

1. Pentas Proscenium

Bentuk pentas dimana penonton dengan pentasnya dipisahkan oleh orkestra pit dan penonton melihat dari satu arah saja. Pentasnya diberi frame seperti kamar yang dinding keempatnya dibuka. (Wayang Orang, Kethoprak)

1. Pentas Arena.

Bentuk pentas dimana pentas dan penontonnya berada dalam satu atap. Penonton melihat pentas dari berbagai sisi yang pada umumnya 3 sisi. Variasinya amat banyak seperti tapal kuda, lingkaran (theatre in round) dll.

1. Trust

Gabungan antara pentas proscenium dengan teater arena. ( Sasono Langen Budoyo).

Dari sekian banyak variasi pentas, prosceniumlah yang palik banyak memerlukan peralatan pendukung untuk membuat para penyaji betul-betul menjadi pusat perhatian para penontonnya.

STUDI TATA CAHAYA.

Studi utama dari penataan cahaya adalah alam beserta seluruh isinya. Karena penataan cahaya diatas pentas adalah peniruan dari apa yang terjadi di alam semesta raya ini. Dari sumber cahayanyadapatlah dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Cahaya Langsung

Cahaya yang berasal dari matahari dengan segala pantulannya.

1. Cahaya Tak Langsung

Cahaya yang berasal dari bulan dengan segala macam pantulannya.

Aplikasi dari sumber pencahayaan alam tersebut diatas pentas menjadi sebagai berikut:

- Key Light

Cahaya utama yang berasal dari lampu-lampu type profile, lekolite maupun ellipsoidale. Karakter cahayanya tajam dengan pendaran cahaya yang dapat dibuat amat tajam maupun menyebar karena adanya lensa planno convex yang dapat diatur jaraknya dengan sumber cahaya. Biasanya digunakan untuk mencahayai wilayah yang khusus dan pemakaian yang spesial.

- Fill Light

Cahaya pengisi yang berasal dari lampu-lampu fresnell dan flood. Karakter cahayanya lembut dan merata dari pusat hingga pinggir, karena sumber cahayanya dipecah oleh lensa sperikel, namun cahayanya dapat dipusatkan maupun disebar dengan mengatur jarak lensanya dengan sumber cahayanya. Biasanya digunakan untuk mendapatkan suasana dengan menyiram panggung dengan warna- warna hangat maupun dingin.

Untuk mencapai hasil yang maksimal tentang system tata cahaya, penata cahaya harus mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai sistem jaringan listrik dan sgala aturan keselamatan pemasangan listrik.

Distribusi cahaya menjadi bagian yang penting dalam perencanaan tata cahaya agar seluruh wilayah permainan dapat tercahayai, sehingga perubahan gerak dan ekspresi wajah dapat diamati oleh penonton dengan baik. Melihat posisinya terhadap pentas, maka pencahayaan dapat dibagi menjadi:

- Front Light

Cahaya yang berasal dari depan pentas yang bertujuan untuk membuat wajah dapat terlihat dari penonton. Jarak sumber cahaya dan objek cukup jauh maka diperlukan profile, lekollite, ellipsoidale agar cahaya dapat dikendalikan, karena dengan menggunakan shutter cahaya yang menerpa dinding proscenium dapat dihilangkan

- Over Head

Cahaya berasal dari atas kepala pemain dengan tujuan mencahayai area panggung dari atas. Area khusus bagi pemain dengan menjatuhkan cahaya tegak lurus diatas kepala pemain (downlight) meskipun beresiko bohlam menjadi lebih mudah putus oleh panas yang tidak tersalur akibat posisi tersebut. Karena jarak yang tidak terlalu jauh,type Fresnell dan Plano Convex (PC) menjadi pilihan. Namun karena pertimbangan ekonomis PAR CAN Medium menjadi alternatif.

Down Light

Area khusus bagi pemain dengan menjatuhkan cahay tegak lurus diatas kepala pemain, meskipun beresiko bohlam menjadi lebih mudah putus oleh panas yang tak tersalur akibat posisi tersebut. PC, Fresnell dan Lekolite menjadi pilihan, namun PAR CAN Very Nerrow dapat menjadi alternatifnya.

- Back Light

Cahaya yang berasal dari belakang pemain yang membuat bagian atas pemain menjadi lebih terang dibanding bagian lain, dengan demikian pemain seakan-akan tidak menempel dengan backdrop. Fresnell dan PAR Can Medium menjadi pilihannya.

- Side Light

Cahaya berasal dari damping yang berguna mencahayai sisi kiri atau kanan pemain. Cahaya ini amat dibutuhkan untuk karya tari utamanya balet karena banyak gerakan angkat kaki dan lompat.

- Cyclorama

Cahaya yang lembut dari atas (upper horizone) dan dari lantai panggung ( lower horizone) yang berfungsi memberikan cakrawala dan perubahan-perubahan suasana. Flood dan Striplight dengan berbagai variasinya menjadi pilihan.

Setelah melakukan riset atas kebutuhan artistik yang dikehendaki sutradara dan melakukan pendataan atas pentas yang akan digunakan untuk pertunjukan, mengamati latihan, mengukur lamanya perubahan dari satu adegan yang lain maka mulailah pekerjaan mendesain light plot. ( Denah panggung, lighting template, Vector Work, CorelDraw, CAD, Daslight dll)

Hasil Kerja penata cahaya (paper work) berupa:

Light Plot:

Berupa gambar penempatan posisi lampu, type, no channel/dimmer, warna dan arah lampu, jarak.

Hook Up Channel:

Berupa list yang memberi informasi no channel.

Instrument Schedule:

Berupa list yang memuat informasi penempatan dan type lampu.

Magic Sheet:

Berupa List yang memberi informasi kelompok warna, area dan no channel guna memudahkan ketika membuat Cue Sheet.

Cue Sheet:

Berupa list yang memuat daftar no channel, intensitas dan lamanya perubahan tiap tiap cue.

Pelaksanaan persiapan pementasan biasanya diatur jadwalnya ole Stage Manager (SM), biasanya urutannya adalah pemasangan set, penataan lampu dan penataan suara. Seringkali nyaris dilakukan bersamaan karena masa persiapan yang amat singkat. Tangan dingin dan keceriaan serta ketegasan SM akan membuat situasi ini menjadi mudah.

Tahapan pekerjaan yang dilakukan oleh team tata cahaya setelah berkoordinasi dengan SM grup maupun SM dari gedung yng bersangkutan adalah sebagai berikut:

Instalasi:

Pekerjaan menggantung lampu sesuai type dan posisinya, memasang instalasi sesuai no chanell yang dikehendaki.

Trim:

Menempatkan posisi lampu (batten) pada ketinggian yang dikehendaki.

Channel List:

Mencek no channel apakah sudah sesuai dengan hook up.

Focusing:

Mengarahkan cahaya ke area yang dikehendaki sekaligus memasang filter lampu.

Plotting:

Menyusun lighting cue bersama dengan para pemain dan sutradara agar area, suasana, intesitas sesuai dengan kehendak sutradara. Pada proses ini seringkali terjadi proses diskusi yang amat seru sehingga memakan waktu yang lama.

Dry Rehearsal:

Latihan seluruh aspek teknik yang diperlukan dalam pertunjukan, pergantian set, perubahan lampu dan efek-efek suara dipandu oleh SM namun tanpa pemain. Seringkali disebut juga Technical Rehearsal.

Dress Rehearsal

Latihan lengkap seluruh aspek pemanggungan, pemain dengan make up dan busana lengkap dari awal hingga ahkir. Seringkali gladi ini dijual kepada publik dengan harga yang lebih murah dari hari pertunjukannya, juga untuk keluarga para pemain dan wartawan untuk melihat bagaimana respon penonton. Komando dilakukan oleh SM beserta para crew yang sudah terbagi sesuai tanggung jawab yang diberikan.

Kamis, 03 April 2014

PENGETAHUAN TATA RIAS TEATER DAN PANTOMIM






1. TATA RIAS
Tata rias secara umum dapat diartikan sebagai seni mengubah penampilan wajah menjadi lebih sempurna. Tata rias dalam teater mempunyai arti lebih spesifik, yaitu seni mengubah wajah untuk menggambarkan karakter tokoh. 
Tata Rias dalam teater bermula dari pemakaian kedok atau topeng untuk menggambarkan karakter tokoh. Contohnya, teater Yunani yang memakai topeng lebih besar dari wajah pemain dengan garis tegas agar ekspresinya dapat dilihat oleh penonton. Beberapa teater primitif menggunakan bedak tebal yang biasa dibuat dari bahan-bahan alam, seperti tanah,tulang, tumbuhan, dan lemak binatang. Pemakaian tata rias akhirnya menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari peristiwa teater. 
1. A.Fungsi Tata Rias
Tokoh dalam teater memiliki karakter berbeda-beda. Penampilan tokoh yang berbeda-beda membutuhkan penampilan yang berbeda sesuai karakternya. Tata rias merupakan salah satu cara menampilkan karakter tokoh yang berbeda-beda tersebut. Tata rias dalam teater memiliki fungsi sebagai berikut. 
• Menyempurnakan penampilan wajah
• Menggambarkan karakter tokoh
• Memberi efek gerak pada ekspresi pemain
• Menegaskan dan menghasilkan garis-garis wajah sesuai dengan tokoh
• Menambah aspek dramatik.
1. B.Tata Rias karakter
Tata rias karaker adalah tata rias yang mengubah penampilan wajah seseorang dalam hal umur, watak, bangsa, sifat, dan ciri-ciri khusus yang melekat pada tokoh. Tata rias karakter dibutuhkan ketika karakter wajah pemeran tidak sesuai dengan karakter tokoh. Tata rias karakter tidak sekedar menyempurnakan, tetapi mengubah tampilan wajah.
Merias karakter berarti mengubah penampilan pemain dalam hal umur, watak, bentuk wajah agar sesuai tokoh. Pengubahan wajah dapat menyangkut aspek umur saja atau aspek lain secara bersama. Tata rias karakter membantu pemain dalam mengungkapkan karakter tokoh. Tata rias karakter dikenakan pada bagian wajah dan tubuh lain yang memungkinkan dapat dilihat oleh penonton. Bagian lain tubuh seperti leher, badan, tangan, atau kaki yang terlihat.
1. C.Tata Rias Fantasi
Tata rias fantasi dikenal juga dengan istilah tata rias karakter khusus. Disebut tata rias karakter khusus, karena menampilkan wujud rekaan dengan mengubah wajah tidak realistik. Tata rias fantasi menggambarkan tokoh-tokoh yang tidak riil keberadaannya dan lahir berdasarkan daya khayal semata. Tipe tata rias fantasi beragam, mulai dari badut, tokoh horor, sampai binatang. Beberapa teater di Asia, seperti Opera Cina dan Kabuki menggunakan jenis tata rias fantasi
Tata rias fantasi disebut juga tata rias karakter khusus. Tata rias fantasi menampilkan tokoh-tokoh yang secara riil tidak terdapat dalam kehidupan. Penggolongan bisa meliputi tokoh-tokoh horor, binatang, atau menampilkan riasan yang menggambarkan flora. Tata rias fantasi tidak terbatas tergantung dari fantasi manusia. Tata rias fantasi dapat mengubah anatomi wajah untuk memberi kesan tiga dimensi
1. D.Bahan Tata Rias
• Cleanser ( pembersih )
• Astringent ( penyegar )
• Concealer ( penyamar noda )
• Foundation ( alas bedak )
• Losse Powder ( bedak tabur )
• Compact Powder ( bedak padat )
• Blush on ( pemerah pipi )
• Kosmetik Bibir ( pewarna bibir )
• Kosmetik Mata ( memperindah mata )
• Body Painting
Body painting adalah bahan yang bersifat opak (menutup) berbentuk krim dan stik. Di Indonesia banyak tersedia dalam bentuk krim. Bahan ini biasa digunakan untuk tata rias fantasi. Tersedia dalam berbagai warna, mulai dari putih, hitam, merah, hijau, biru, dan kuning. Body painting berfungsi pula untuk melukis badan, seperti membuat tato atau memberi warna pada bagian badan tertentu yang dikehendaki.

Lighting (Tata Cahaya Panggung)

I. Pengertian
            Salah satu unsur penting dalam pementasan teater adalah tata cahaya atau lighting. Lighting adalah penataan peralatan pencahayaan, dalam hal ini adalah untuk untuk menerangi panggung untuk mendukung sebuah pementasan. Sebab, tanpa adanya cahaya, maka pementasan tidak akan terlihat.  Secara umum itulah fungsi dari tata cahaya. Dalam teater, lighting terbagi menjadi dua yaitu:
  1. Lighting sebagai penerangan. Yaitu fungsi lighting yang hanya sebatas menerangi panggung beserta unsur-unsurnya serta pementasan dapat terlihat.
  2. Lighting sebagai pencahayaan. Yaitu fungsu lighting sebagai unsur artisitik pementasan.  Yang satu ini, bermanfaat untuk membentuk dan mendukung suasana sesuai dengan tuntutan naskah.
II. Unsur-unsur dalam lighting.
            Dalam tata cahaya ada beberapa unsur penting yang harus diperhatikan, antara lain :
  1. Tersedianya peralatan dan perlengkapan. Yaitu tersedianya cukup lampu, kabel, holder dan beberapa peralatan yang berhubungan dengan lighting dan listrik. Tidak ada standard yang pasti seberapa banyak perlengkapan tersebut, semuanya bergantung dari kebutuhan naskah yang akan dipentaskan.
  2. Tata letak dan titik fokus. Tata letak adalah penempatan lampu sedangkan titik fokus adalah daerah jatuhnya cahaya. Pada umumnya, penempatan lampu dalam pementasan adalah di atas dan dari arah depan panggung, sehingga titik fokus tepat berada di daerah panggung. Dalam teorinya, sudut penempatan dan titk fokus yang paling efektif adalah 450 di atas panggung. Namun semuanya itu sekali lagi bergantung dari kebutuhan naskah. Teori lain mengatakan idealnya, lighiting dalam sebuah pementasan (apapun jenis pementasan itu) tatacahaya harus menerangi setiap bagian dari panggung, yaitu dari arah depan, dan belakang, atas dan bawah, kiri dan kanan, serta bagian tengah.
  3. Keseimbangan warna. Maksudnya adalah keserasian penggunaan warna cahaya yang dibutuhkan. Hal ini berarti, lightingman harus memiliki pengetahuan tentang warna.
  4. Penguasaan alat dan perlengkapan. Artinya lightingman harus memiliki pemahaman mengenai sifat karakter cahaya dari perlengkapan tata cahaya.  Tata cahaya sangat berhubungan dengan listrik, maka anda harus berhati-hati jika sedang bertugas menjadi light setter atau penata cahaya.
  5. Pemahaman naskah. Artinya lightingman harus paham mengenai naskah yang akan dipentaskan. Selain itu, juga harus memahami maksud dan jalan pikiran sutradara sebagai ‘penguasa tertinggi’ dalam pementasan.
Dalam sebuah pementasan, semua orang memiliki peran yang sama pentingnya antara satu dengan lainnya. Jika salah satu bagian terganggu, maka akan mengganggu jalannya proses produksi secara keseluruhan. Begitu pula dengan “tukang tata cahaya’. Dia juga menjadi bagian penting selain sutradara dan aktor, disamping make up, stage manager, dan unsur lainnya. Dengan kata lain, lightingman juga harus memiliki disiplin yang sama dengan semua pendukung pementasan.
Dari paparan di atas, semuanya dapat dicapai dengan belajar mengenai tata cahaya dan unsur pendukung lainnya.
III. Istilah dalam tata cahaya.
  1. lampu: sumber cahaya, ada bermacam, macam tipe, seperti par 38, halogen, spot, follow light,   focus light,  dll.
  2. holder: dudukan lampu.
  3. kabel: penghantar listrik.
  4. dimmer: piranti untuk mengatur intensitas cahaya.
  5. main light: cahaya yang berfungsi untuk menerangi panggung secara keseluruhan.
  6. foot light: lampu untuk menerangi bagian bawah panggung.
  7. wing light: lampu untuk menerangi bagian sisi panggung.
  8. front light: lampu untuk menerangi panggung dari arah depan.
  9. back light: lampu untuk menerangi bagian belakang panggung, biasanya ditempatkan di panggung bagian belakang.
  10. silouet light: lampu untuk membentuk siluet pada backdrop.
  11. upper light: lampu untuk menerang bagian tengah panggung, biasanya ditempatkan tepat di atas panggung.
  12. tools: peralatan pendukung tata cahaya, misalnya circuit breaker (sekring), tang, gunting, isolator, solder, palu, tespen, cutter, avometer, saklar, stopcontact, jumper, dll.
  13. seri light, lampu yang diinstalasi secara seri atau sendiri-sendiri. (1 channel 1 lampu)
  14. paralel light, lampu yang diinstalasi secara paralel (1 channel beberapa lampu).
Seperti yang telah di ungkapkan di atas, secara sederhana hal-hal tersebut adalah yang pada umumnya harus diketahui oleh lightingman, selanjutnya baik tidaknya tatacahaya bergantung pada pemahaman, pengalaman dan kreatifitas dari lightingman. Intinya, jika ingin menjadi ‘lightingman sejati’,  Anda harus banyak belajar dan mencoba (trial and error).
ASAS-ASAS PENATAAN CAHAYA
Kursus ini meninjau cahaya dari segi teori dan manfaat mencahayakan suatu pementasan. Tumpuan diberikan terhadap hal-hal berikut:
•  Fungsi dan kualitas cahaya
•  Aspek rekabentuk dalam cahaya
•  Asas elektrik; mengenali bentuk-bentuk seri dan paralel serta menggunakan undang-undang Ohm untuk menyelesaikan masalah tentang arus, rintangan, voltan dan tenaga.
•  Aspek optik – iaitu aspek pantulan dan pembiasan cahaya di dalam berbagai permukaan jenis reflektor dan ciri-cirinya tentang pembiasan cahaya.
•  Jenis dan fungsi lampu yang digunakan di dalam teater
•  Kegunaan warna di dalam pementasan teori warna dan pengawalan warna
•  Sistem pemalap [dimmer system] – manual dan memory
•  Mencipta ‘light plot’ dan membentuk ‘lighting cues’
10 TRIK APLIKASI WARNA
  1. Aplikasi warna cerah pada salah satu elemen luar, misalnya untuk warna merah bata pada pagar, menjadi aksen untuk keseluruhan rumah.
  2. Warna netral untuk fasad bangunan lebih baik, tapi jika ingin menggunakan wana cerah, aplikasikan hanya pada satu bidang.
  3. Perpaduan warna cokelat dengan hijau dapat membuat atmosfer ruang menjadi lebih tenang.
  4. Abu-abu muda serta hijau kecokelatan mampu menghadirkan kecerahan dalam ruangan.
  5. Pada warna ruangan yang terlihat monoton, tambahkan cahaya buatan agar ruangan lebih “hidup”.
  6. Warna-warna lembut dan cahaya buatan yang temaram dapat memberikan kehangatan dan keakraban suasana pada ruang keluarga dan kamar tidur.
  7. Permainan dinding dengan warna natural akan membuat ruangan lebih luas.
  8. Warna dinding natural yang berbeda-beda pada setiap ruang akan menciptakan suasana yang berbeda pula untuk masing-masing ruang tersebut.
  9. Pagar merah bata, dinding abu-abu tua, dan dinding abu kecokelatan membuat tampilan rumah lebih dinamis.
  10. Untuk menghilangkan kesan gelap di kamar mandi, gunakan keramik warna krem pada dinding dan putih pada lantai.
Unsur dekor juga memanfaatkan cahaya untuk membantu suasana tertentu. Misalnya, cahaya terang menyiratkan siang hari, atau cahaya berwarna biru menyiratkan suasana malam hari. Cahaya berwarna juga digunakan untuk memberi aksentuasi pada adegan atau tokoh tertentu.